Minggu, 13 Juli 2014

The Final: Jerman, Messi dan Argentina




Argentina akan menjamu Jerman pada Final Piala Dunia 2014 di Maracana. Kedua tim sebelumnya pernah bertemu di dua final Piala dunia, yakni pada 1986 dan 1990. Dimana keduanya membagi rata tropi tersebut. Dan uniknya, gelar tersebut adalah yang terakhir untuk keduanya. Argentina terakhir menjuarai pada 1986 dengan Maradona sebagai perwakilan tuhan di dalamnya. Sementara Jerman menjuarainya pada 1990 dengan Andreas Brehme menjadi aktor antagonis bagi tim tanggo dengan eksekusi pinaltinya.

Dan keduanyapun siap bertempur ulang di Maracana dengan ambisi membawa pulang gelar prestiius yang di dambakan setiap negara di belahan dunia. Jeman ingin memecahkan stigma tim Eropa bisa menjadi juara dunia di tanah Amerika. Sementara Argentina ingin membuktikan mereka mampu berjaya di tanah sang rival abadi, Brazil.

Sosok yang tentunya akan disorot pada pertandingan pagi ini ialah Lionel Messi. La pulga tak pernah memberikan apapun untuk negaranya. Ia sudah mendapatkan semua hal yang didambakan pesepakbola seperti gelar pemain terbaik, liga champions, sepatu emas dan masih banyak lagi. Semuanya berhasil dipersembahkan bersama FC Barcelona, Sebuah klub yang merepresentasikan kekuatan rakyat catalan atas ketidakadilan pemerintah Spanyol. Untuk negara, Messi belum mampu mempersembahkan apapun. Emas di Olimpiade 2004 dan piala dunia U-20 bukanlah takaran yang pas untuk sosok maha kuasa sepertinya.

Apesnya, performa Messi yang inkonsisten di negaranya malah dijadikan acuan Alejandro Sabella dalam menenrukan skema permainan. Sabella sendiri kerap memaksimalkan Messi sebagai tumpuan utama permainan. Skema yang diterapkan Sabella mungkin cukup sederhana, “semua pemain hanya perlu menjadi pelayan, biarlah Messi menjadi tuhannya, menjadi eksekutor, menjadi tokoh paling dikagumi.” Kenyataannya, Messi kerap bermain tak sesuai ekspektasi yang diharapkan Sabella. Dengan demkian, Messi-sentrisme dinyatakan gagal.

Percobaan messi-setrismepun nampaknya akan dicoba Sabella sekali lagi di final. Sabella mungkin lupa, Argentina bermain tanpa di Maria, sang transporter bola. Hal inilah yang memaksa la Messiah harus merebut bola kebelangang. Ini jelas tak pantas, mengingat peran Messi adalah eksekutor dan sosok penuh puja-puji. Tak pantaslah ia bersusah susah merebut bola.

Berbeda dengan Jerman, tim panser tengah dihinggapi kepercayaan diri tinggi usai memutilasi Brazil 1-7. Skuad asuhan Joachim Loew siap mematik hasil maksimal lainnya. Apalagi bonus besar telah menanti apabila Jerman berhasil memenangi trophi keempatnya sepanjang sejarah. Jerman sendiri tengah mencari kebanggaan. Mereka mencari pelipur dahaga setelah lama tak bersorak juara semenjak kemenangan 1-2 atas Ceko di Euro 1996. Loew paham betul ia harus membawa pulang tim dengan senyum sungging dan membuat Angela Merkel menari kabaret untuk Klose dan kolega.

Terlepas dari semua, Jerman disinyalir akan membawa pulang kemenangan. Jerman akan kembali mengangkan moral ras arya yang lama tertidur pasca hilangnya Hitler. Dan Miroslav Klose akan mencetak sebuah gol lagi nanti malam.

1 komentar: