Tidak ada yang salah dengan menulis, menulis merupakan
tindakan yang bisa dibilang alamiah, semua orang mampu menulis apapun,
dimanapun, kapanpun dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Ketika seseorang
mulai merasakan kegamangan dalam hidupnya, ia pasti akan mencari pelarian.
Entah dengan berdoa kepada tuhan, bercerita, menulis lagu, menulis dalam diary
(mungkin), atau menciptakan dimensi sendiri dengan tulisan-tulisan yang
dibuatnya, yaitu dengan membuat tulisan yang bisa membuat dirinya bahagia (terlepas
dari penilaian orang-orang tentang tulisannya).
Semakin banyaknya bacaan yang diupload di kanal-kanal dunia
maya (facebook, twitter, blog, dan situs situs sosial lainnya), akan membantu
kita dalam mengetahui informasi (walaupun tulisan tulisan yang dibuat belum
tentu berbobot dan mengedukasi). Minat membaca memang sedang mengalami
kemunduran (khususnya mahasiswa/i), Namun ini perlu diluruskan.
Mahasiswa-mahasiswi akan lebih percaya dengan media-media populer (baik cetak
maupun elektronik) dan banyak dibaca orang-orang. Hal itu bukan merupakan hal
yang salah, namun lebih kepada perbedaan presepsi (persepsi tak akan pernah
salah, itu menurut dosen teori komunikasi di kampus saya).
Penulis akan selalu egois. Namun egois belum tentu berstigma
negatif. Kesalahan presepsi egois yang perlu dibenarkan. (pahamilah pelajaran
psikologi komunikasi sebelum anda mengkritisi arti ego, disana banyak membahas
tentang ego). Setiap orang bebas memberikan komentar atas apapun. Namun, hal
yang perlu digaris besarkan adalah semua komentar yang masuk tak perlu dicerna
secara serius, sang pembuat sesuatu atau penulis tentu memiliki hak untuk
membahas komentar tersebut atau tidak. Masalah sombong atau egois (yang
negetif) itu adalah sebuah presepsi sang komentator. Dan pada akhirnya saya
kembali menegaskan, apapun yang kita lakukan hanyalah fashion.