Melihat dari segi sumber
daya pemain, United adalah sebuah klub yang mampu meracik rooster menjadi
seorang bintang dunia. Sebut saja Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Javier
Chicharito adalah beberapa nama yang tenar. Belum lagi jika menyebut binaan
asli United yang kelak menjadi legenda seperti David Beckham, Ryan Giggs,
Neville bersaudara, Nicky Butt, Paul Scholes. Semua tak lepas dari kejelian dan
kecermatan sang manager gaek Sir Alex Ferguson.
Darah Juara mengalir
deras di dalam tubuh para punggawa United. Terlihat dari hasil klasmen musim
lalu dimana United menempel “tetangga gaduh” Manchester City dalam perebutan
juara Liga Inggris. Walaupun pada akhirnya gagal juara, Mereka mampu memaksa City
memastikan juara pada menit-menit terakhir.
Musim ini United
melakukan manuver transfer yang cukup mencenangkan. Robin Van Persie, Shinji
Kagawa Serta Alexander Buttner diangkut ke Theatre of Dreams. Sudah jelas hal
ini untuk menebus kenihilan gelar pada musim lalu. Terbukti dengan masuknya
nama-nama baru tersebut, daya gedor United musim ini semakin tak terbendung.
Terlepas dari semua
itu, musim ini menjadi sedikit anomali tersendiri bagi saya yang seorang
penikmat Liga Inggris. Dalam beberapa laga terakhir United selalu mendapatkan “hadiah-hadiah”
menarik dari wasit. Kartu merah dan penalty
seakan menjadi bumbu pelengkap bagi kemenangan United. Liverpool, Chelsea,
dan yang paling gress Arsenal adalah para korban keberpihakan korps baju hitam
kepada United.
Yang menjadi sorotan
khusus dari saya adalah laga United melawan Chelsea pada lanjutan Liga Inggris.sepekan yang lalu. Dua
kartu merah untuk Chelsea, serta gol berbau Offside dari Chicharito. Kawan saya
yang supporter Chelsea ikut angkat bicara, “ Kalo dua kartu merah masa bodo
deh, tapi gol Chicharito itu jelas offside, wasit parah banget asli”. Dan saya
juga termasuk orang yang kecewa karena bertaruh untuk Chelsea. Saya merasa di dzolimi oleh kelakuan wasit.
Ada pula supporter
Liverpool yang angkat bicara pasca kekalahan melawan United, “Gara-gara wasit,
Liverpool jadi kalah sama United. Selama sebulan gue harus makan Mie sama
Energen nih”. Dan semalam ketika saya sedikit menyaksikan pertandingan Arsenal
melawan United tiba-tiba ada tendangan penalty untuk United. Sayapun mulai jengkel
dengan hal ini dan menggerutu kepada teman saya. Dan untungnya, penalty
tersebut tak mampu dieksekusi dengan baik oleh Rooney.
Dari beberapa hal
diatas dapat dilihat jika United mengincar kembali hegemoni mereka yang hilang
musim lalu. United seakan melakukan berbagai cara untuk mengembalikan kejayaan
dengan maneuver transfer, rotasi para pemain serta yang paling parah adalah
bersekutu dengan wasit. Dan saya akan menutup tulisan yang cukup membosankan
ini dengan omongan teman saya yang cukup membuat saya tersenyum, “kalo lawan United jangan lihat permainan
sepakbolanya, tapi perhatikan siapa wasitnya”.