Sabtu, 12 Juli 2014

Hujan



Tentang hujan yang selalu membahasi kaki bumi. Aku tiada bisa berharap banyak hari ini. Ia menghentikan setiap langkah yang selalu terpijak untuk menyisir hari.

Hujan selalu membuat mati rutinitas. Ia selalu memaksa untuk setiap insan untuk rehat sejenak dan memperhatikan keanggunan dirinya. Barang sejenak. Seluruh muka memandang ke arahnya.

Merasakan hawa dan dingin yang kian menyapu permukaan kulit dan tulang yang terdalam.
Ah, engkau begitu mempesona. Semua orang harus tersisih ketika kau datang. Apalagi jika engkau datang di bulan Juli. Aku sangat senang. Sampaikan lagi kerinduanku untuk Desember.

Ah, sudahlah...... engkau yang terbaik. apalagi jika kau datang di Ramadhan. Aku selalu akan menunggu sepanjang waktu..

Kacamata Kuda

DALAM sepekan terakhir, informasi yang masuk ke mata saya begitu rusuh, kalau tak mau dibilang kisruh. Saya kehilangan kacamata kuda yang dulu pernah diberikan oleh seorang aktor yang turun dari singgasana hepatitis a.

Pertama, adalah kekalahan Brasil di Piala Dunia yang menjadi awal rentetan dramatisasi informasi. Brasil kalan, perempuan-perempuan di tribun stadion meluluhlantakan air matanya dan membuat semua orang terharu. Belasungkawa.

Dan di pagi hari, bangsa ini sedang mengalamai proses demokrasi yang begitu ramai. Pemilihan umum. Konon, Indonesia adalah bangsa yang sedang diamati oleh penduduk dunia mengenai proses demokrasinya. Bangaimana tidak, dengan rakyat terbesar ke tiga di dunia, negara yang belum genap satu abad ini sudah berani menjalani proses pemilihan presiden langsung dari rakyat.

Mungkin Amerika dan India juga melakukannya. Namun India terdiri dari satu pulau yang besar, pun Amerika dalah negara adikuasa yang jauh lebih dulu modern dibanding negara ini. Jelas mereka bukan perbandingan. Lebih-lebih, hasih quick count dapat diketahui hanya beberapa jam setelah pemilihan usai, padahal di India hasih quick count baru diketahui paling cepat tiga minggu setelah pemilihan. Sungguh maju teknologi hitung cepatnegara ini.

Dus, belum selesai masalah hitung cepat yang memiliki beragam versi, tiba-tiba Gaza dibombardir oleh militer Israel. Tanpa tedeng aling-aling, Yahudi menjadi kambing hitam. Simbol Nazi yang sepekan lalu menjadi perbincangan dunia lewat ketololan seorang musisi, tenggalam. Lalu kini muncul lagi dengan wajah Hitler lewat kutipannya, “Saya bisa memusnakan semua orang Yahudi di dunia ini, tapi saya meninggalkan beberapa dari mereka hidup sehingga anda tahu mengapa saya membunuh mereka...”

Dan kita mengamini. Seakan segala dosa fasisme hilang sekejap karena membantai jutaan umat Yahudi.

Wahai aktor yang dahulu memberi saya kacamata kuda, mata saya saat ini sudah tak terjaga. Menerawang segala kejadian. Tak bisa fokus. Tak bisa tak lupa.