Kamis, 10 Juli 2014

Rakus

Lelaki kurus itu berjalan mendekati meja makan. Pelan-pelan berjalan dengan sekujur tubuh gemetar. Tangannya juga bergetar.

Matanya melotot. Bibirnya bergerak-gerak seperti orang stroke. Kepalanya yang agak patah ke samping, juga bergerak-gerak. Ia bertelanjang dada.

Di meja makan, ada banyak makanan. Ada nasi, sop, daging, buah-buahan, dan beberapa plastik. Banyak sekali makanan terhampar tak beraturan. Dengan tangan gemetar, lelaki itu menarik kursi di meja makan, lalu duduk.

Ia sejenak mengamati seluruh makanan yang ada di hadapannya. Kemudian perlahan memakannya dengan tangan kanan.

Satu suap, dua suap, tiga suap, kecepatannya menyuap semakin cepat. Semakin cepat dan terus semakin cepat. Ia kemudian menggunakan tangan kirinya juga untuk menyuap. Kecepatannya terus bertambah hingga suara lelaki itu keluar, seperti menggumam.

Lama-lama, kedua tangannya itu menyuap makanan dengan cara menggenggam. Digenggamnya makanan di meja itu secara acak. Suapan sebesar genggaman tangannya membuat makanan-makanan itu memenuhi mukanya. Gumamannya juga semakin keras.

Ia begitu nafsu memakan seluruh makanan di meja itu. Ia ingin menghabiskan semuanya. Detik demi detik hasrat memakannya semakin besar. Hingga akhirnya dia muntah di meja makan. Ia muntah begitu banyak.

Ketika muntahnya tak lagi keluar, ia jatuhkan kepala dan tangannya di atas meja makan, di atas makanan dan muntahannya. Ia diam beberapa jenak sambil menggumam dan nafasnya tersendat. Kemudian ia bangun, lalu tersenyum, dengan tubuh yang masih gemetar.



Day 12

BUNGA

Layumu mekar.
Kelopak jingga itu
masih menolak runtuh
Tangkaimu tak lagi berduri,
tak mampu melindungi

Ruang gelap itu,
kini bermandikan cahaya.
Jutaan kunang-kunang raksasa
menyatu. Menjadi derita.

Mereka berkata;
"Aku berdoa untukmu dari jauh."
Cahaya itu tetap gemerlap.
Enggan berubah.
"Doamu tak dijabah,
terlalu banyak lalu lintas doa."
Entah suara siapa.

Sebagian percaya, ini takdir Tuhan.
Yang lain tetap berdoa,
lain lagi yang hanya linlung. Mencari pelarian.
Menjadi suci seketika..

Ada yang minta maaf,
entah kepada siapa.
Suaranya parau, minor.
Seperti ingin didengar, namun hampa.

Mungkin benar takdir Tuhan
kita hanya terjaga,
sambil sesekali mengada.

Layumu kini menghitam
membekas lebam
kelopakmu hampir jatuh,
tapi tak rela.

Kita hanya terjaga..
Menunggu
mekar yang tak layu.
Kelopak jingga bercahaya.

Kita hanya terjaga..

06.12 setelah kekalahan Belanda