Jumat, 20 September 2013

Jembut

Jembut barangkali lebih panjang dari bulu jambang dan janggut. Tapi keberadaannya selalu saja disembunyikan atas nama peradaban, moral, dan etika. Jembut adalah sesuatu yang alamiah, sesuatu yang Tuhan berikan, tetapi sekaligus sesuatu yang manusia tolak.

Jembut yang saya maksud adalah rambut-rambut  yang letaknya di sekitar kemaluan. Ada tiga bentuk jembut: jembut yang dibiarkan panjang, jembut yang dirapikan, dan jembut dipotong plontos (malah ditindik). Slavoj Zizek pernah menganalisis bentuk-bentuk jembut di vagina perempuan. Pemikir kontemporer Marxis-Lacanian itu mengatakan bahwa bentuk-bentuk tersebut bukan tak memiliki makna.

Bentuk-bentuk jembut itu mengandung ideologi. "Jembut yang tumbuh liar dan acak-acakan menunjukkan perilaku spontan alami dari kaum hippies; kaum yuppies lebih suka prosedur disipliner ala taman di Prancis (bentuknya adalah cukuran rapi di sisi yang dekat paha, sehingga yang tersisa adalah alur tipis di tengah dengan garis potongan yang rapi); sedangkan untuk perilaku punk, vaginanya dicukur bersih dan dihiasi dengan anting (yang biasanya ditindikkan ke clitoris)." [1]

Sudahlah. Postingan ini memang tanda bahwa saya sedang tak punya ide apa-apa. Tapi mengapa harus jembut?



[1] http://indozizekian.blogspot.com/2011/10/jamban-jembut-dan-ideologi.html

2 komentar: