Senin, 14 Juli 2014

sedikit tentang Kun fayakun dan kemenangan Jerman



Kemarin, saya dengan sok tahunya bilang bahwa Jerman mampu mengalahkan Argentina.kemarin saya bilang Angela Merkel diap menari kabaret untuk Miroslav Klose dan kolega. Saya juga berkata bahwa moral ras arya akan naik seiring dengan satu bintang tambahan di dada para pemain. Dan dengan kebetulan, kesoktahuan saya benar adanya.

Jerman sendiri pulang ke tanah airnya dengan senyum sungging. Saya harus mengamini kekuatan kun fayakun yang Bayu sering katakan dalam beberapa waktu belakangan benar adanya. Kun fayakun, sebuah kredo sederhana nan usang namun masih relevan untuk diterapkan kapanpun. Tuhan memang sudah mengkehendaki kemenangan der Panser atas Argentina 1-0. Jauh sebelum kesoktahuan saya membuncah belakangan ini. Bukanlah kebetulan jika Jerman kerap menjuarai Piala Dunia dengan embel-embel angka empat di dalamnya (1954,1974 dan 2014, saya terpaksa harus menghilangkan 1990 karena tak masuk hitungan).

Dan kun fayakun sendiri telah menemukan maknanya. Semua orang memprediksi tak mungkin sebuah negara asal Eropa menjadi juara di tanah Amerika. Memang tidak pernah. Sama sekali tidak. Namun, siapa yang bisa melawan kehendak tuhan? Mungkin hanya sutradara film 2012 yang bisa menolak hari kiamat dan menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Sayangnya itu hanyalah film. Film yang membodohi kita sebagai mahluk tuhan. Amerika memang menyebalkan.

Kemenangan ini juga merupakan kemenangan pribadi Bundesliga sebagai penyelenggara Liga Jerman. Hampir 90 % skuad Jerman diisi oleh orang-orang yang mencari nasi di divisi tertinggi negeri super modern tersebut. Bundesliga sendiri adalah liga paling stabil di dunia. Karena mayoritas klub yang berlaga di kasta tersebut, selalu menyertakan pemain binaan dalam skuadnya tanpa harus terlihat ingusan seperti Arsenal. Lihat saja performa Dortmund Shalke dan tentunya Munchen. Mereka kerap tampil fantastis dengan youngster-youngsternya. Hal ini pula yang membuat timnas Jerman memetik hasilnya. Menjuarai Piala Dunia dengan mayoritas pemain muda binaan negeri sendiri di dalamnya.

Di awal saya juga sudah menuliskan tentang naiknya moral ras arya di mata dunia. Seluruh orang di dunia saat ini mungkin sudah menulis/mengucapkan “selamat untuk Jerman atas keberhasilan menjuarai Piala Dunia,” dengan bahasanya masing-masing. Hal ini tentulah sebuah penghormatan untuk ras arya secara keseluruhan. Phillip Lahm dan kawan-kawan mungkin saja bisa jumawa dengan kemenangan dan keseganan warga dunia. Bisa saja mereka kembali mencoba memenangkan kembali ras arya terhadap bangsa yahudi, seperti apa yang sudah dilakukan Hitler sebelumnya.

Ah semua bisa terjadi dengan kun fayakun...............

Setelah solat subuh, masih ngantuk  (5:59)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar