Senin, 14 Juli 2014

Menafsirkan Lelucon Kekalahan Agentina

Sumber: Google

Saya ingat sebuah lelucon antara Messi dan Che Guevara yang ditulis oleh Zen RS di website Pandit Football-nya; SAMA-SAMA TIDAK BERGUNA DI DALAM NEGERI.i

Terpaksa saya harus mengamini lelucon tersebut, walaupun saya tak mempunyai kepentingan dalam pertandingan final subuh tadi. Ya, kepentingan saya sudah hilang di piala dunia 2014 sejak kalahnya Belanda di semi final melawan sosok tak berguna di dalam negeri itu; entah mengapa van Gaal tidak mengganti kiper yang mirip Thom Yorke dengan Tim Krul, seperti saat menghabisi Kosta Rika, sehingga mereka kalah.

Pertandingan final, saya tonton dengan malas. Saya tak sempat melihat aksi Shakira di atas panggung stadion Maracana. Saya juga baru terjaga saat pertandingan memasuki menit 61, di mana skor masih kaca mata.
Tak kaget, saat babak tambahan, suara gemuruh terdengar. Gotze mencetak gol dengan kaki kirinya. Skor bertahan hingga usai dan, lagi-lagi, Messi tak berguna untuk Argentina, sama seperti pendahulunya dari kota Rosario; Ernesto “Che” Guevara.

Tampangnya yang selalu kalem membawanya meraih penghargaan Golden Ball ke atas podium. Hamparan tangan penonton di sisi-sisi jalan sempit itu tak dihiraukannya. Messi kecewa. Ia tak bisa membawa piala yang dilapisi emas 18 karat ke negaranya. Layaknya Che, Messi hanya berhasil merevolusi negeri orang; Katalan.

Sayangnya, revolusi yang dilakukan Messi tak tak sehebat Guevara. Bersama Fidel Castro, Che membebaskan Kuba dari rezim Fulgencio Batista. Namun, ia akhirnya menemui ajalnya di Bolivia. Kematiannya hingga hari ini masih simpang siur. Konon dari CIA hingga Nazi, berperan dalam kematiannya. Tapi itu tak penting, yang terpenting adalah peninggalan dari revolusi Che; saat ini Kuba adalah negara di mana dokter tidak lagi menjadi profesi yang eksklusif.

Revolusi yan dilakukan Messi, hanya membuat tambah banyaknya penggemar Barcelona yang –saya tak bisa menggambarkannya dengan kata- hanya tahu Barca-Messi-Fabregas. Sayang Fabregas sudah pindah, mungkin kekosongan posisi di segitiga pengetahuan Barca itu bisa dinganti oleh Busquets.

Oh, mungkin satu lagi yang saya akan tampilkan dari peninggalan Che Guevara, sosok pemalun nan romantis di balik janggut dan kumisnya;
Untuk anak-anakku
Hildita, Aleidita, Camilo, Celia,dan Ernesto terkasih:
Bacalah baik-baik surat ini, karena aku tidak lagi bersamamu. Praktis kau tidak akan mengingatku lagi, dan kau yang paling kecil tidak akan ingat padaku sama sekali.
Ayahmu ini seorang manusia yang bertindak atas keyakinan yang dipegangnya dan setia pada pendiriannya.
Tumbuhlah kalian sebagai revolusioner yang baik. Belajarlah yang tekun hingga kalian dapat menguasai teknologi, yang akan memungkinkan kalian menguasai alam. Camkan bahwa revolusilah hal yang pokok, dan masing-masing dari kita, seorang diri, tak akan ada artinya.
Di atas segalanya, kembangkan selalu perasaan yang dalam pada siapapun yang mengalami ketidakadilan, dimanapun didunia ini. Inilah kualitas yang paling indah dari seorang revolusioner.
Hingga kapanpun juga, anak-anakku. Aku masih berharap melihatmu. Cium mesra dan peluk erat dari
Ayahii

Catatan:

i  http://www.panditfootball.com/menuju-keabadian/
ii https://www.marxists.org/indonesia/archive/guevara/1965-SuratAnak.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar