Sumber: Google |
Saya ingat sebuah lelucon antara Messi dan Che Guevara yang
ditulis oleh Zen RS di website Pandit Football-nya; SAMA-SAMA TIDAK BERGUNA DI
DALAM NEGERI.i
Terpaksa saya harus mengamini lelucon tersebut, walaupun
saya tak mempunyai kepentingan dalam pertandingan final subuh tadi. Ya,
kepentingan saya sudah hilang di piala dunia 2014 sejak kalahnya Belanda di
semi final melawan sosok tak berguna di dalam negeri itu; entah mengapa van Gaal
tidak mengganti kiper yang mirip Thom Yorke dengan Tim Krul, seperti saat
menghabisi Kosta Rika, sehingga mereka kalah.
Pertandingan final, saya tonton dengan malas. Saya tak
sempat melihat aksi Shakira di atas panggung stadion Maracana. Saya juga baru
terjaga saat pertandingan memasuki menit 61, di mana skor masih kaca mata.
Tak kaget, saat babak tambahan, suara gemuruh terdengar.
Gotze mencetak gol dengan kaki kirinya. Skor bertahan hingga usai dan,
lagi-lagi, Messi tak berguna untuk Argentina, sama seperti pendahulunya dari
kota Rosario; Ernesto “Che” Guevara.
Tampangnya yang selalu kalem membawanya meraih penghargaan
Golden Ball ke atas podium. Hamparan tangan penonton di sisi-sisi jalan sempit
itu tak dihiraukannya. Messi kecewa. Ia tak bisa membawa piala yang dilapisi
emas 18 karat ke negaranya. Layaknya Che, Messi hanya berhasil merevolusi
negeri orang; Katalan.
Sayangnya, revolusi yang dilakukan Messi tak tak sehebat
Guevara. Bersama Fidel Castro, Che membebaskan Kuba dari rezim Fulgencio
Batista. Namun, ia akhirnya menemui ajalnya di Bolivia. Kematiannya hingga hari
ini masih simpang siur. Konon dari CIA hingga Nazi, berperan dalam kematiannya.
Tapi itu tak penting, yang terpenting adalah peninggalan dari revolusi Che;
saat ini Kuba adalah negara di mana dokter tidak lagi menjadi profesi yang
eksklusif.
Revolusi yan dilakukan Messi, hanya membuat tambah banyaknya
penggemar Barcelona yang –saya tak bisa menggambarkannya dengan kata- hanya
tahu Barca-Messi-Fabregas. Sayang Fabregas sudah pindah, mungkin kekosongan posisi
di segitiga pengetahuan Barca itu bisa dinganti oleh Busquets.
Oh, mungkin satu lagi yang saya akan tampilkan dari
peninggalan Che Guevara, sosok pemalun nan romantis di balik janggut dan
kumisnya;
Untuk anak-anakku
Hildita, Aleidita, Camilo, Celia,dan Ernesto terkasih:
Bacalah baik-baik surat ini, karena aku tidak lagi bersamamu. Praktis kau tidak akan mengingatku lagi, dan kau yang paling kecil tidak akan ingat padaku sama sekali.
Ayahmu ini seorang manusia yang bertindak atas keyakinan yang dipegangnya dan setia pada pendiriannya.
Tumbuhlah kalian sebagai revolusioner yang baik. Belajarlah yang tekun hingga kalian dapat menguasai teknologi, yang akan memungkinkan kalian menguasai alam. Camkan bahwa revolusilah hal yang pokok, dan masing-masing dari kita, seorang diri, tak akan ada artinya.
Di atas segalanya, kembangkan selalu perasaan yang dalam pada siapapun yang mengalami ketidakadilan, dimanapun didunia ini. Inilah kualitas yang paling indah dari seorang revolusioner.
Hingga kapanpun juga, anak-anakku. Aku masih berharap melihatmu. Cium mesra dan peluk erat dari
Ayahii
Catatan:
i http://www.panditfootball.com/menuju-keabadian/
ii https://www.marxists.org/indonesia/archive/guevara/1965-SuratAnak.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar