Kamis, 01 November 2012

Pecundang

Ketika matahari mulai sayu disore hari, kamu duduk termenung di atas pangkuanku. Kita banyak bercerita tentang sore yang berkaca-kaca, angin malam nan menusuk serta wewangian bunga di taman tropis. Kamu merangkul diriku dengan hangat serta membuka sebuah pandangan baru kepadaku. Disaat langit bertukar warna, kita masih terpaku akan wacana dan enggan beranjak pulang.

Dua buah cangkit berisikan kopi hangat serta satu bungkus rokok putih menemani wacana kita, apa saja yang kita bicarakan memang tanpa makna. Namun percayalah sayang, ini adalah hal terindah daripada kita bercinta sampai pagi menjelang. Sesekali kamu mencubit lenganku dan mengacak-acak rambutku. Aku merasa sangat bahagia saat itu. Semua terasa natural tanpa ada rekayasa.

Tibalah saat yang paling kubenci, telepon dari kekasihmu membuyarkan kemesraan kita. Aku sebenarnya ingin merebutmu dari pelukannya namun apalah daya, aku hanya seorang pecundang yang selalu mencari perlindungan darimu. Untuk mencintaimu seutuhnya aku masih belum mampu.

Sekian.

1 komentar: