Kamis, 17 Juli 2014

Mengenang 7 tahun kompilasi Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif

Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif, Aksara Record, 2007   






Saya pertama membeli kompilasi ini di tahun 2007, ketika masih duduk di bangku sekolah menengah. Dengan uang saku seadanya, saya membeli kompilasi super berharga ini dalam format kaset. Saat itu, kasetnya sendiri berharga Rp 20.000, sebuah harga yang relevan untuk anak SMP macam saya. Apalagi, saya juga hanya memiliki tape sebagai media player pemutar. Cocoklah.

Tak kurang 14 lagu dimainkan oleh artis-artis sidesterm. Ada beberapa rekan seangkatan Naif dalam industri musik seperti Fable dan Cherry Bombshell. Rekan-rekan musisi dari almamater Naif di Institiut Kesenian Jakarta seperti the Adams, Karon n Roll, White Shoes dan Goodnight Electric. Selain itu, ada beberapa nama lain yang cukup fenomenal di ranah underground lokal seperti Superglad, Sore, Tika, Icarie, Brandals, Media Distorsi, Monophones, serta band asal negeri Upin-Ipin, Couple.

Adanya kompilasi ini jelas memberikan stigma bahwa Naif sudah di cap sebagai legenda musik Indonesia. Bahkan Slank, Dewa, bahkan Gigi hingga kini belum mendapatkan tribute atas apa yang mereka persembahkan 20 tahun belakangan ini. Inilah yang membuat Naif spesial dari beberapa nama yang saya sebutkan diatas. Karya yang dihasilkan David, Pepeng, Emil, Jarwo dan Chandra (dimanapun ia berada sekarang)  memang tak pernah bosan untuk di dengarkan dalam era apapun, oleh siapapun oleh kalangan manapun. Bahkan, jika anda adalah penikmat musik hingar bingar yang keras dan menyayat telinga. Anda juga masih bisa membuka celah untuk mulai menyukai David dan kolega.

Album ini cukup unik, semua artis yang berpartisipasi memberikan warna musiknya masing-masing. Mulai dari Pop, Rock, Electronic, Rock and Roll bahkan hingga Swing/Jazz sekalipun. Semua artis yang tampil seakan menjadi headline di album ini. Mereka bermain dengan sangat lepas tanpa menghilangkan esensi dari lagu lama Naif itu sendiri.

Saya cukup menyayangkan, mengapa lagu Possesif, Towal-Towel, Yts: Ibu, Uang, Johan dan Enny tak masuk kedalam kompilasi ini. Padahal lagu tersebut cukup membuat saya tersenyum sungging. Semoga saja akan ada tribute kedua untuk Naif dan para artis yang berkontribusi membawakan lagu-yang saya sebutkan tadi, semoga hal tersebut bisa terealisasi di masa depan.

Tujuh tahun telah berlalu semenjak dirilisnya kompilasi bersejarah ini. Hingga hari ini, saya masih mendengarkan album ini secara penuh dengan tape tua saya yang sudah tak bisa diharapkan lagi kejernihan suaranya. Saya beruntung bisa memilikinya dan menjadi bagian dari sejarah perjalanan Naif. Naif sendiri juga masih memproduksi album studio hingga hari ini. Namun kini mereka lebih mengusung tema percintaan. Sebuah tema yang jarang diangkat Naif dalam karya-karyanya. Sudahlah, saya tak ingin membicarakan album terkini dari Naif.

Oh iya, mungkin saja tiga tahun lagi, album ini akan dirilis ulang dalam format vynil. Bisa saja hal itu terjadi. mengingat kini budaya vynil tengah marak di kalangan sidesterm. Toh album ini memang layak untuk dikoleksi dalam format itu. Jika memang jadi dirilis dalam format vynil. Saya tentu tak bisa membelinya karena keterbatasan sumber daya keuangan sebagai mahasiswa tingkat akhir yang memprioritaskan membeli tinta printer, pulpen dan kertas HVS demi selesainya tugas akhir.

Berjayalah Naif, selamat berpuasa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar