Sabtu, 05 Juli 2014

Bangku

Masih kosong. Pastilah bangku di taman itu masih kosong. Tentu karena hujan tak kunjung berhenti meski sudah berjam-jam. Tapi ketabahan saya bukan sebuah bulan Juni dan tulang punggungku tak sekeras teriakan Kurt Cobain dalam Smells Like Teen Spirit. Namun ia punya kegelisahan yang dimiliki kemarau panjang tentang air yang jatuh dari langit.

Kaki Langit barangkali tak akan tercapai meski definsi jarak diterjemahkan dengan menggabungkan bahasa Indonesia dan Inggris. Sebab, peluang menang bergantung seberapa besar uang seseorang, bukan pada optimisme atau harapan yang kelak menjadi kesia-siaan semata. Maka biarkan hidup bertahan lebih panjang dari pilek yang diderita Bruce Lee.

Dari jendela kamar, aku melihat bayangan orang-orang yang tak jelas detilnya melintas deras lewat depan rumahku. Aku tahu itu hanya halusinasiku. Mungkin Tuhan sedang memberiku kejutan. Entah apa maksudnya. Memang, bayangan-bayangan itu sesaat melupakanku pada hujan yang tak kunjung selesai.

Tapi dari bayangan-bayangan itu, ada seekor Kuda meluncur dari jarak yang tak akan sampai aku tempuh. Kuda berkulit hitam itu berlari menunduk, kencang, menabrak segala yang ada di depannya. Aku mendengar ledakan yang begitu kencang dari arah taman. Sepertinya, Kuda itu menabrak bangku yang selama bertahun-tahun belum sempat aku duduki. Sebuah bangku emas dengan tekstur berduri.


Day 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar