Masih
kosong. Pastilah bangku di taman itu masih kosong. Tentu karena hujan tak
kunjung berhenti meski sudah berjam-jam. Tapi ketabahan saya bukan sebuah bulan
Juni dan tulang punggungku tak sekeras teriakan Kurt Cobain dalam Smells Like
Teen Spirit. Namun ia punya kegelisahan yang dimiliki kemarau panjang tentang
air yang jatuh dari langit.
Kaki
Langit barangkali tak akan tercapai meski definsi jarak diterjemahkan dengan
menggabungkan bahasa Indonesia dan Inggris. Sebab, peluang menang bergantung
seberapa besar uang seseorang, bukan pada optimisme atau harapan yang kelak
menjadi kesia-siaan semata. Maka biarkan hidup bertahan lebih panjang dari
pilek yang diderita Bruce Lee.
Dari
jendela kamar, aku melihat bayangan orang-orang yang tak jelas detilnya
melintas deras lewat depan rumahku. Aku tahu itu hanya halusinasiku. Mungkin
Tuhan sedang memberiku kejutan. Entah apa maksudnya. Memang, bayangan-bayangan
itu sesaat melupakanku pada hujan yang tak kunjung selesai.
Tapi
dari bayangan-bayangan itu, ada seekor Kuda meluncur dari jarak yang tak akan
sampai aku tempuh. Kuda berkulit hitam itu berlari menunduk, kencang, menabrak
segala yang ada di depannya. Aku mendengar ledakan yang begitu kencang dari arah
taman. Sepertinya, Kuda itu menabrak bangku yang selama bertahun-tahun belum
sempat aku duduki. Sebuah bangku emas dengan tekstur berduri.
Day 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar