Saya bosan membuat cerita seperti dua hari kemarin. Jadi saya
cerita tentang hari ini saja.
Ada yang aneh hari ini. Rabu memang selalu menyebalkan buat saya.
Sudah empat semester ini, setiap hari Rabu, saya mendapat kesusahan dalam
kuliah. Selalu saja ada mata kuliah saya yang absennya habis. Akibatnya, saya
harus mengulang beberapa mata kuliah.
Dan di hari Rabu ini, saya kembali merasakan betapa malasnya
kuliah. Kuliah saya jam satu siang. Saya tidur jam empat pagi, setelah menonton
Real Madrid melawan Galatasaray. Lalu saya terbangun jam 11 siang karena alarm
saya berbunyi.
Meski saya sadar kampus saya terletak cukup jauh, saya tidur lagi
sampai jam setengah 12. Saya lalu cuci muka dan makan roti. Di kamar,
hanphone saya berbunyi. Tapi saya abaikan.
Setelah selesai makan roti, saya tengok handphone saya. Ada missed
call dari nomer tak bernama. Saya kira, itu nomer telepon kantor kakak saya.
Tetapi, ketika saya tanya melalui bbm, ia bilang ia tak coba menelepon saya.
Namun kemudian kakak saya menanyakan kapan pengumuman lomba
Kompetisi Esai Mahasiswa Tempo. Saya jawab satu Oktober. Tapi saya ragu.
Melihat nomer yang tadi coba menelepon itu, saya seperti tak
asing. Barangkali itu nomer Tempo Institute. Saya bisa menduga seperti itu
karena sebelumnya saya pernah dikontak oleh Tempo Institute, setahun lalu,
karena saya memenangkan lomba review berita Tempo.
Saya pun langsung membuka kembali website Tempo Institute. Namun
website tak kunjung terbuka karena koneksi internet saya terasa alot.
Tiba-tiba, nomer tadi kembali menelepon saya. Saya angkatlah
cepat-cepat. Dan ternyata, benar saja, telepon itu dari Tempo Institute yang
mengabarkan bahwa salah satu naskah kiriman saya terpilih dalam 30 besar.
andai saja kau tahu, sajak yang kutulis tak pernah ku rasakan, semua itu khayalan dan bualan saja. CELAKALAH MEREKA YANG ME-RETWEET
BalasHapus