“Tolong.... Tolong! Anjing!! Mampus lo.. Bakar!!” Suara itu
masih tengiang di telinga Diana. Terus terngiang dan semakin memuakkan. Diana
hanya bisa duduk diam sambil menangis. Ia mencoba bergerak, namun tak bisa. Ia mencoba
mengencangkan tangisannya, namun malah semakin tak terdengar.
Malam menjadi semakin suram. Puluhan anjing hitam yang lewat
di jalan itu tampak acuh saat melihat Diana yang kesepian. Burung-burung yang
tadinya diam, mendadak pergi berhamburan bersama angin yang semakin kencang. Diana
masih duduk lemas tak kuasa untuk bersuara. Matanya yang basah seperti dapat menembus
ruang dan waktu, melihat sebuah kenangan. Masa saat ia masih lincah untuk
melawan, saat hidupnya yang penuh luka dimulai. Dendam yang membara dalam diri
Diana tak akan bisa terlupakan semenjak lelakinya hilang.
***
Sekitar 15 tahun yang lalu, Diana adalah seorang mahasiswi
yang bergelora. Nyanyiannya selalu terdengar sampai seluruh pelosok kota. Tugasnya
sabagai mahasiswi ia habiskan bersama teman-temannya mengusir ratusan anjing
liar berwarna hitam yang sudah lebih dari seperempat abad meneror kotanya. Konon, anjing hitam itu
adalah titisan dewa yang datang dari sebuah tempat yang penuh dengan kebebasan.
Pada mulanya, hanya ada satu anjing saja. Anjing itu
terlihat lucu dan menggemaskan, sehingga warga kota menyayanginya seperti bagian
dari keluarganya. Anjing itu begitu berani. Kalau ada yang mencuri langsung
habis perutnya dirobek oleh si anjing hitam, lalu bangkainya di lemparkan ke pasar. Semua
warga kota merasa aman, sekaligus ketakutan.
Anjing yang mulanya hanya satu, menikah dengan anjing
kampung lalu beranak pinak menjadi sebuah koloni yang menyeramkan. Warga kota
mulai panik akibat kelakuan si anjing hitam yang semakin sewenang-wenang. Rasa sayang
berubah menjadi ketakutan.
Pernah suatu ketika ada seorang raga yang meludahi salah
satu anjing hitam, keesokan hatinya ditemukan mati tergantung di sebuah monumen
kebanggaan kota tersebut. Suasana semakin mencekam akibat teror yang dilakukan
oleh anjing hitam. Para pemuda kota
hanya sedikit yang berani melawan. Kebanyakan mereka yang dengan lantang
menyerukan peperangan terhadap anjing hitam, esoknya sudah hilang tak ditemukan.
***
Diana tumbuh di bawah ancaman anjing hitam. Hidupnya penuh
aturan. Namun semua berubah ketika ia memasuki perguruan tinggi. Di sana, ia
mengenal seorang lelaki pemberani yang selalu membawa pedang. Membawa pedang
adalah simbol bagi mahasiswa pemimpin gerakan di kota. Lelaki si pembawa pedang
itu selalu mengajarkan Diana untuk melawan para anjing hitam yang sudah semakin
beringas.
Suatu malam, mereka menyusun rencana untuk melakukan
serangan kepada komplotan anjing hitam. Diana begitu bersemangat. Selain lelaki
si pembawa pedang yang membangkitkan semangatnya, ia juga rindu akan kebebasan
yang pernah dialaminya saat masih di kandungan ibunya.
Akhirnya serangan dari mahasiswa dimulai. Kota yang
sebelumnya sudah menakutkan menjadi tambah mengerikan. Ledakan terjadi di
setiap sudut bangunan, anjing-anjing hitam banyak yang terkapar, mahasiswa yang
membawa pedang satu per satu menghilang. Diana mulai khawatir terhadap
lelakinya. Ia selalu menasihatinya untuk bersembuyi di kontrakkan selama
suasana belum tentram.
“Aku akan pulang. Selalu pulang.” Hanya kalimat itu yang
terucap dari si lelaki pembawa pedang saat Diana merayu lelakinya untuk pulang.
Ketika peperangan dengan kaum anjing hitam
sedang parah-parahnya, Diana tak sedikit pun berniat untuk pulang. Ia ingin tetap
bersama teman-temannya yang semuanya membawa pedang. Tiba-tiba langit
menghitam. Dalam sekejap seluruh mahasiswa pembawa pedang menghilang dan
anjing-anjing pingsan. Warga kota dengat cepat menangkap para anjing yang
pingsan dan memasukkannya ke dalam kandang besi, berharap para anjing hitam itu
bisa jinak. Diana terdiam. Ia mancari lelakinya di tengah kerumunan warga kota
yang merayakan kemenangan. Tapi, si lelaki pembawa pedang tak pernah lagi
terlihat.
Hari ini, mahasiswa pembawa pedang menjadi sebuah legenda
yang pernah menjinakkan anjing hitam. Namun, tak semua warga percaya legenda
tersebut. Mereka lebih percaya bahwa anjing-anjing hitam itu telah jinak oleh
alam, dan mereka memeliharanya seperti binatang kesayangan. Dan, satu per satu anjing
hitam mulai kembali dibebaskan berkeliaran di jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar