Foto: harianjogja.com
Riko (ternyata nama
ini cukup asyik untuk dijadikan karakter apa saja) baru selesai kuliah sore
itu. Langit mendung, angin kencang datang, perlahan butiran air turun dari
awan. Riko cepat membeli segelas kopi untuk menemani rokoknya yang masih
tersisa beberapa batang.
Ia termenung melihat
hujan yang tak konsisten. Sebentar deras, sebentar mengecil, mungkin karena
terbawa angin. Ia menyulut rokoknya dan mulai mehirup aroma kopi yang bercampur
wangi senja yang tersiram hujan. Perlahan ia meminum kopinya dan pikirannya menjadi
tenang.
Hujan sudah mulai
mereda, suara azan berkumandang dari musholah sebelah. Temannya yang baru
datang, mengajak untuk pergi ke suatu tempat untuk menghadiri sebuah pertemuan.
Selepas azan dan menghabiskan kopinya, Riko, yang belum sempat solat magrib,
mengambil motornya dan pergi ke tempat pertemuan itu bersama temannya.
Ia beboncengan
dengan temannya melewati jalanan Jakarta selepas hujan, yang agak lengang namun
ketika bertemu pecahan jalan selalu membuat kemacetan. Terlihat banyak polisi
mengatur lalu lintas di antara jalur dan lajur jalanan. Jalanan di Jakarta
memang kadang sangat membosankan ketika hujan belum lama berhenti.
Riko mengemudikan
motornya dengan perlahan. Di sebuah putaran balik di daerah Pasar Minggu, ia melihat
seorang polisi di tengah lajur jalan, tepat di depannya, sedang mengatur lalu
lintas. Riko, yang entah sadar atau tidak, berhenti di samping polisi yang
sedang mengurusi kendaraan yang berputar arah. Sang polisi terlihat kesal dan
langsung mematikan kontak motor Riko. “Sabar dong, mas. Jangan asal main
serobot aja!” setelah mematikan mesin motor Riko, “mundur ke belakang!” Riko, yang
lupa membawa STNK, langung deg-degan
sambil menahan ketawa mengingat kebodohannya yang telihat konyol. Ia tidak
hanya shock, namun juga bingung
karena tidak ditilang oleh polisi tersebut. Sementara temannya yang diboncengi malah
sibuk sedang menelpon, seakan tak peduli dengan apa yang terjadi.
Ketika teman Riko
selesai menelpon, ia langsung menanyakan apa yang terjadi tadi. Riko langsung
menjelaskannya dan mereka berdua tertawa perihal kebodohan dan keberuntungan
Riko, karena tidak ditilang oleh polisi yang baik itu.
Sampai tempat
tujuan, Riko masih memikirkan menapa ia tidak ditilang. Padahal reputasi polisi
lalu lintas Jakarta-Depok terkenal dengan mata duitan. Ternyata ia baru sadar
bahwa di body depan motornya ada sticker Mabes TNI. “Masa polisinya
ngeliat sticker TNI doang langsung
diem? Ah, mungkin saja polisi tadi memang polisi lalu lintas yang baik,”
pikirnya, sambil membuang jauh-jauh kesadaran akan adanya sticker Mabes TNI.
"Sementara temannya yang diboncengi malah sibuk sedang menelpon, seakan tak peduli dengan apa yang terjadi." <--- kalimat paling esensial di tulisan ini! HAHAHAHHAHAHA....
BalasHapusLO BOLEH KOMEN ASAL JANGAN PAKE NAMA ANTI-VESPA!!!! BANGSAT!!!!
BalasHapusHheeee
BalasHapus