Selasa, 16 Oktober 2012

Review Album The Sastro


Nuansa spicey dan meloodius  tersaji di lagu pembuka “Plazamaya”. Sebuah intro penghubung yang bertujuan untuk membawa pendengar ke track selanjutnya. Intro sepanjang sembilan menit mengalun dengan segala kerumitan gitar Ritchie Ned Hansel seakan mengeksploitasi jari-jari dan fret gitar secara sempurna. Sembilan menit bukanlah waktu yang sebentar untuk sebuah intro lagu.

“Kaktus” mengalun gelap dengan riuh hujan racikan software murahan yang mendadak berkembang dan dibutuhkan banyak orang. Vokal agung yang berkumur seakan menambah kemuraman lagu ini. Sejujurnya saya lebih menyukai kaktus versi JKT : SKRG (Jakarta Sekarang). Jakarta Sekarang merupakan sebuah album kompilasi independen yang banyak dipuja puji banyak media sebagai rilisan terbaik indie pada masanya. Terdapat banyak band potensial semacam The adams, The sastro, C’mon Lennon, The Upstairs, Sore, The Brandals dan lain sebagainya. Disana, “Kaktus" mengalun lebih lambat, bersahaja, dan masih nikmat untuk didengarkan (setidaknya sampai saat ini).

“Sejati” dibuka sebuah intro yang mengingatkan saya akan jingle sebuah minuman ringan perusak tubuh namun terasa sejuk.  “Rasuna” yang up beat dan sing along mungkin merupakan salah satu pilihan terbaik pada album ini. Picking ringan dari Richie tak perlu diragukan. Bercerita tentang kegelisahan seseorang, lagu ini sangat cocok untuk berharap ria. 

Headline dari album ini tentu saja “Lari 100” sebuah lagu yang mengangkat nama The Sastro ke permukaan.  “Hantu Tv” terkesan kentang untuk penutup lagu. Sedikit ambient synthesizer membawa nuasa spicey yang hangat. Delapan track pada sebuah album merupakan jumlah yang tanggung. Namun itulah The Sastro. Sampai hari inipun saya masih berharap mereka melakukan reuni dan menyelesaikan matrial raw album kedua mereka yang tertunda.

3 komentar: