Derby (pertarungan kedua tim sekota) merupakan suatu
hal yang biasa terjadi pada pertandingan sepak bola.Pembuktian menjadi yang
terbaik di kota tempat sebuah klub berada seakan menjadi harga mati. Rivalitas
bisa saja bermuara pada kecemburuan prestasi, status sosial masyarakat sebuah
kota, atau yang paling parah adalah masalah agama. Seperti yang terjadi di
Derby Old Firm (Glasgow Rangers vs Glasgow Celtic di Liga Skotlandia).
Sangat banyak derby yang sarat akan gengsi dan emosi,
sebut saja derby Manchester, derby Della Madoninna, derby Della Capitale, dan
dua derby yang akan terjadi beberapa jam nanti Merseyside derby dan Little
Derby London (Arsenal vs QPR). Merseyside derby adalah derby paling menarik dan
ditunggu (setidaknya untuk malam ini). Karena akan menjadi pertaruhan siapa
pemilik kota Liverpool untuk hari ini.
Menilik dari statistik pertemuan, Liverpool jelas
diunggulkan daripada Everton. Dari tabel klasmen sementara Barclays Premier Legue (BPL)
Everton Berada di Peringkat empat, sementara Liverpool masih mencari kenyamanan
tempat di papan tengah. Namun hal ini tak menjadikan rivalitas kedua tim
menjadi lembek. Gengsi tetap akan menjadi suguhan yang menarik beberapa jam
lagi.
Sejujurnya, kedua fans dari kedua tim merupakan fans
yang sabar. Terbukti dengan dukungan fans yang tak pernah surut saat Liverpool
maupun Everton melakukan pertandingan dimanapun. Khusus untuk Liverpool, fans
merekalah yang amat sabar, mengutip perkataan seorang kawan di Twitter beberapa
waktu lalu “Gara-gara wasit, Liverpool jadi kalah lawan United. Selama sebulan
gua harus makan Mie sama Energen nih,”. Entah kesabaran atau sikap pasrah
Bila dilihat pertandingan nanti malam adalah
pertandingan derby yang bersahabat. Karena banyak anggota keluarga kedua
supporter yang membagi dukungan untuk kedua kesebelasan. Artinya, warna merah dan biru akan saling berdampingan
di tribun penonton. Sebuah hal yang amat jarang terjadi di laga derby.
Sekalipun ada, itu bukan laga derby, melainkan sebuah pernyataan semu sebagai
“saudara sedarah” yang kerap dilontarkan supporter Persija Jakarta dan Arema
Indonesia.
Di kampus tercinta, sangat banyak Mahasiswa / I yang
mengenakan Jersey Liverpool. Hampir disetiap sudut kampus saya melihat fenomena
itu. Sebuah fanatisme yang luar biasa (ataukah ingin dipandang garang dengan
warna merah khas Liverpool ? Entahlah). Yang jelas, setiap saya mengenakan
Jersey Everton di kampus, selalu ada stigma negatif dari mereka. Sampai pernah
ada kejadian seorang Liverpooldian Meneriakan saya “We are Evertoniaaaan”, Fuck
Sekali. Namun itu hebat. Dan saya bisa mengkoreksi satu hal, Liverpooldian tadi
bukan merupakan fans sejati Liverpool, Karena ia telah berkata “We are
Evertonian”.
Prediksi dari Koran Olahraga terkemuka menyebutkan
peluang kedua tim 50-50, yang berarti kedua tim seimbang. Ini sangat tepat.
Derby tak melulu melihat sebuah peringkat, penurunan permainan, cidera pemain,
ataupun skorsing pemain. Derby tetaplah derby. Derby adalah sebuah rivalitas
yang tak akan usai sampai kapanpun. Karena bagi mereka yang melakukan derby
mungkin akan memiliki stigma berikut “masih ada darah yang harus dibayar”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar