Minggu, 06 Oktober 2013

How People Thinks About Feminism

Jumat sore kemaren gue hangout sama salah seorang kawan gue di coffeeshop lokal yang hanya menggunakan kopi asli Indonesia. Gag full hangout sih. Temen gue, mulai dari sini akan gue sebut Brondong, minta ditemenin belajar di luar dalam rangka menyambut UTS Senin besok. Gue sebagai teman yang baik, yang baru aja gajian, tentu dengan senang hati menemani si Brondong.Tadinya si Brondong ngajak minta ditemeninnya di coffeeshop impor dari negara kapitalis. Tapi karena walopun udah gajian itu coffeeshop tetep aja gag affordable harganya buat gue, jadilah gue rikues si brondong buat belajar di coffeeshop lokal yang gue maksud.

Sekitar jam 6 sore, si Brondong udah menyelesaikan rangkuman materi UTS untuk dia pelajari. Akhirnya gue ngajak dia ngobrol. Ngalor ngidul dah seperti yang biasa kita lakukan setiap hangout. Dari mulae topik-topik yang ambigu, ngomongin gebetan, sampe topik-topik serius.

Sampailah kita pada topik perkosaan. Kita cukup menggebu-gebu ngobrolin ginian karena perkosaan adalah issue yang sama-sama kita dalami dengan alasan masing-masing. Ada kali sejam ini topik kita obrolin. Nah, dalam obrolan tentang perkosaan ini juga gue nyisipin hal-hal tentang feminisme.

Tiba-tiba si brondong bilang kalo belakangan ini dia baru menyadari bahwa feminisme itu maknanya bukan soal perempuan versus laki-laki. Sebelumnya, dia pikir feminisme itu adalah ego perempuan yang telah tercerahkan untuk menindas laki-laki dalam rangka balas dendam. Si Brondong sempet bete sama hal ini karena secara 'teori' dia tau bahwa feminisme itu adalah tentang kesetaraan. Ya masa iya kesetaraan ada yang nindas yekan?

Lalu gue datang untuk menjadi temennya si Brondong. Si Brondong pun akhirnya paham apa itu feminisme. Dunia terselamatkan dan kami pun hidup bahagia selamanya...

Bukan gitu yang mau gue ceritain sebenernya. xD

Gue memandang selama ini masih banyak yang salah kaprah dengan istilah feminisme.

Seperti yang Brondong bilang, dia aja ngira feminisme adalah gerakan perlawanan perempuan terhadap laki-laki. Dan beberapa rakyat sipil ada juga yang menganggap perempuan-perempuan feminis itu musuhan sama laki-laki. Enggak men! Itu salah besar.

Feminism is all about equality. Equality between men and women. Salah banget kalo dibilang feminis itu musuhan sama lakik. Kalo emang musuhan sama lakik, temen-temen gue berati lesbian semua dong. Ada kok temen-temen gue yang feminis dan married sama lakik dan punya anak. Ada juga yang pacaran ama lakik. Gue sendiri cinta mati sama MIKA. Gag men. Gag gitu.

Lagian, gag cuma perempuan kok yang boleh disebut feminis. Banyak temen-temen gue yang lakik yang adalah seorang feminis. Gue menyebut mereka Laki Laki Baru. Dan menjadi lakik yang feminis gag bakal bikin kadar kelelakian lo yang cowok turun kok. Percaya deh sama gue.

Oke, sampe mana kita? Oh iya.

Jadi inti cerita gue adalah, feminisme gag seserem yang selama ini kalian bayangkan. Musuh terbesar feminisme adalah budaya patriarki. Budaya patriarki ini sesungguhnya bukan cuma musuh perempuan dan feminisme tapi juga laki-laki. Feminisme mengkampanyekan kesetaraan gender BUKAN kesamaan gender. Feminis gag pengen perempuan dan laki-laki SAMA tapi SETARA. Setara dalam mendapatkan haknya sebagai manusia seperti hak mendapatkan pendidikan yang layak, hak mengeluarkan pendapat, dan hak untuk memilih masa depan seperti yang seseorang rancang pada hidupnya. Kan masih banyak tuh orang yang gag mendapat pendidikan layak hanya karena dia perempuan. Itu yang diperjuangkan dalam feminisme. Bukan yang "Elo kan lakik, ngalah dong! Gue kan cewek" atau "karena elo cewek jadi, ladies first". Percayalah, para aktivis feminis gag membuang waktu, tenaga, dan pikiran hanya untuk dapet tempat duduk di kendaraan umum.

Any further question about this topic? Just email me or tweet me and let's talk about this in the local coffeeshop which only served Indonesian coffee. ;)

#UdahGituAja

3 komentar:

  1. tapi kenyataannya, organ2 yg ngaku feminis, isinya kebanyakan orang2 yg punya masalah sama laki2 deh. hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya makanya dia jelasin arti feminisme sebenarnya.

      Hapus
    2. jadi yg sering keliatan itu ga bener? terus kenapa bisa ada anggapan begitu ya?

      Hapus