Sabtu, 21 September 2013

Nyanyian Sendu dari Kamar Asih

Ilustrasi yang sangat menginsprirasi oleh: Renny Rumhil

Twinkle, twinkle, little star... How i wonder what you are... Up above the world so high... Like a diamond in the sky... Twinkle, twinkle, little star... How i wonder what you are...

Suara nyanyian itu terdengar lagi dari kamar Asih. Seperti biasa, setelah nyanyian terdengar, suara tangisan akan menyusul dari kamar bernomor 13 di ujung koridor. Suaranya lirih seperti orang yang kesakitan. Aroma melati pun akan segera menyusul saat semua mulai tenang.

Kamar itu sudah lama dihuni oleh Asih, seorang mahasiswi jurusan sejarah di salah satu universitas swasta. Selain kuliah, ia juga menyibukkan dirinya dengan bekerja di sebuah majalah yang berorientasi pada anak muda. Para peghuni yang lain sudah hapal betul jadwal Asih menangis. Setiap malam Jumat, ketika azan isya sudah dekat. Tak ada yang heran, tak ada yang mempedulikan.

Awalnya, Asih tak pernah menangis dalam kamar. Ia selalu riang ketika pulang ke kamar kosnya. Asih juga dikenal ramah oleh para penghuni lainnya. Setiap ada waktu luang, tak jarang dihabiskan untuk mengobrol hingga larut malam bersama penghuni yang lain. Hingga suatu malam yang merubah semuanya.

Kejadian malam itu bermula saat ada seorang pemuda tak dikenal masuk ke kamar Asih. Tak ada penghuni lain yang menyadari kehadiran pria tersebut. Asih yang sudah tertidur pun tak bisa merasakan hawa kelam yang dibawa oleh pria tersebut. Pria yang entah dari mana datangnya tersebut merasa kaget melihat Asih yang biasa tertidur tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Adegan pemerkosaan pun dimulai. Asih berusaha memberontak dengan sekuat tenaga, namun pria tersebut terus menerus menindihnya. Pria itu semakin ganas menindih tubuh Asih yang mulai terkulai tanpa perlawanan.

“Aku akan membawamu ke langit tinggi. Melihat bintang, menemukan surga dalam kedamaian,” bisik pria itu sambil menindih Asih.

Asih semakin lemas tak kuasa untuk melawan. Ia semakin terbawa oleh bisikan pria tersebut.

“Lepaskanlah.. Biarkan tubuhmu mengalir dalam gairahku.”

“Baiklah, mari kita nikmati permainan ini,” ucap Asih lirih sambil menancapkan pisau ke tubuh pria itu.

Asih menggila. Tubuh pria itu dirobek-robek dengan pisau yang digenggamnya. Perlahan, Asih memasukan satu per satu bagian tubuh si pria ke dalam mulutnya. Melahapnya rakus tak tersisa. Hanya darah yang bececeran di mulut yang menjadi saksinya.

Semua berakhir begitu saja. Asih tertunduk lemas dengan pisau berlumuran darah di tangan kirinya, dan pulpen di tangan kanannya, yang dengan sendirinya menuliskan kejadian tersebut di pangkal pahanya. Pria yang memberkosanya telah menyatu dengan dirinya, menjadi bintang di hatinya.


Tak ada yang tahu tentang kisah ini kecuali aku, kau, dan Asih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar