Minggu, 11 November 2012

Nyamuk




Katanya, Tuhan menciptakan segalanya dengan menyertakan kegunaannya masing-masing. Maka semuanya saling terkait seperti rantai makanan.

Nyamuk mungkin berguna bagi Cicak. Tapi, setiap kali saya begadang, Nyamuk selalu terasa menjengkelkan dan kerap membuat saya berpikir bahwa ia sama sekali tak berguna. Rasanya ingin sekali membunuh semua Nyamuk, dan melihat darahnya di telapak tangan saya. Rasanya ingin sekali melihat darah-darah Nyamuk membercak merah dan tebal di lantai. Ah! Mungkin saya brengsek, namanya juga manusia.

Saking brengseknya, manusia dengan akalnya menciptakan metode pemusnahan para Nyamuk. Manusia membuat obat Nyamuk, krim anti-Nyamuk, dan raket Nyamuk. Bukan hanya itu, manusia juga membuat metode genosida yang lebih besar dan tak berkepribinatangan: vogging (pengasapan).

Tapi Nyamuk tak akan pernah benar-benar habis. Itu bukan karena Tuhan sengaja menakdirkan hidupnya agar tak benar-benar habis, seperti Hitler yang katanya sengaja tak membunuh semua orang Yahudi, agar yang bukan Yahudi mengerti betapa brengseknya Yahudi. Tapi itu karena manusia memang tak akan pernah menang melawan alam.

Sudah begitu, masih saja tak tahu diri: manusia tetap mengulangi kebrengsekannya lagi, tetap berusaha meniadakan yang sudah ada.

Manusia memang brengsek, iya, saya tahu. Apalagi Tuhan, tentu sudah tahu soal itu jauh lebih dulu. Oleh karenanya, Ia barangkali sengaja menciptakan Nyamuk yang menggigit kulit dan menghisap darah manusia, supaya manusia sering memukul dirinya sendiri, supaya manusia sadar bahwa dirinya brengsek. Plok!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar