Selasa, 01 Juli 2014

Move On


SEMENJAK Raditya Dika, saya berhenti menggunakan istilah "move on". Sekali ini saya ingin menggunakannya karena melihat sendal jepit saya. Entah apa hubungannya.

Maka begini, "move on" sangat berkaitan erat dengan masa lampau. Dan masa lampau adalah sejarah. Saya akan coba ngomong soal cara menafsirkan sejarah menggunakan Nietzsche, sehingga kau tahu bagaimana sebaiknya memandang masa lalu bersama mantan kekasihmu.

Nietzsche ngomong, ada tiga cara memandang sejarah; sejarah monumental, sejarah antikurian, dan sejarah kritis.

Yang pertama, memandang sejarah sebagai sebuah monumen kebesaran. Ada semacam pengagungan terhadap peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di masa lampau. Peristiwa-peristiwa itu, digunakan untuk merealisasikan diri di masa sekarang. Ini terjadi ketika kau coba menghadirkan situasi dan kondisi masa lampau dengan mantanmu, untuk masa kini bersama pacarmu.

Yang kedua, sejarah antikurian. Ini mirip dengan sejarah monumental. Bedanya, sejarah antikurian mengagungkan identitas (sosok) di masa lalu. Di sepakbola, ini tampak saat Giggs menjadi manager MU. Dia menggunakan seluruh ke-Fergie-an untuk menghidupkan MU. Bila kau mengidentifikasi diri mantanmu untuk nafasmu hari ini, kau mempraktikkan sejarah antikurian.

Yang ketiga, sejarah kritis. Sejarawan kritis memandang masa lampau dengan lebih ilmiah. Segala hal tentang masa lampau yang dianggap membebani masa sekarang, diteliti untuk dilupakan. Karena, dengan begitu, kebebasan dirasa nyata.

Lalu, dengan cara apa kita memandang masa lalu?

Terimakasih sendal swallow...

Day 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar