Jumat, 11 Juli 2014

Antara Digul, Buru dan Jakarta

Ada yang mengisahkan tentang pembuangan orang-orang merah di Boven Digul..
Ada yang menyesal karena kakanda’ tak sempat melamar Cindai sebelum menjadi orang buangan..
Ada yang optimis bahwa tanah buangan adalah tanah kebebasan..
Ada istri yang menangis ketika matu tak mau harus ikut suami ke tanah malaria..
Gedung parlemen tetap riuh, tetap membicarakan kesenangan mereka

Ada yang bingung dituduh komunis dan tak bisa sekolah..
Ada yang mati disembelih di ujung pantai..
Ada yang tertawa tertembak peluru kebencian yeng entah datang dari mana..
Tapi kehidupan gemerlap itu takkan pernah membosankan,
memabukkan, membuat yang terkenang, terlupakan..

Ada yang bertemu rahasia pelacur Jepang di pulau tak bernama..
Ada yang menulis di tengah keterasingan..
Ada yang menyesal pernah membantu seorang laknat berkuasa..
Tapi kehidupan tetap herus berjalan,
mengorbankan nyawa yang menjadi barisan depan..

Satu jam sebelum berbuka puasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar