Selasa, 08 Oktober 2013

Tommy yang Malang


Tommy terdiam. Ia melihat awan hitam semakin menyelimuti fajarnya yang tak suka datang terlambat. Cahaya terang hampir tak menembus gugusan air yang pekat. Tangannya berlumur darah, sebilah gergaji di tangang kirinya menyaksikan sebuah kepuasan meluap-luap. Bau amis menyekap pagi yang pengap. Dalam keremangan, Tommy mencoba mengingat kembali mengapa ia di sini.

Kala itu, hujan sedang marah pada bumi. Sudah setahun lebih ia tak mampir menyapa tanah yang mulai terbelah. Panas semakin berkuasa saat tak ada hujan yang biasa melawan. Tommy yang masih dalam kendungan, perlahan keluar memalui kemaluan ibunya yang sesaat langsung meninggal.

Tommy kecil adalah manusia terbuang. Ibunya berjuang keras mengantarkan sebuah nyawa padanya sebelum akhirnya dijemput paksa malaikat. Bapaknya entah di mana. Mungkin maih ada, mungkin telah tiada. Konon, Ibunnya tak pernah mencintai bapaknya. Tommy lahir dari kecelakaan yang tak pernah diinginkan. Cerita-cerita tersebut membesarkan Tommy hingga kini. Ia tumbuh dengan aib orang tua yang telah tiada. Sendiri Tommy mencari kebahagiaan dalam perkumpulan anak-anak terlantar di panti asuhan.

Tak ada teman, semua mengucilkan. Bahkan dengan sesama manusia terbuang.

Tommy begitu malang. Tak seperti nama tommy lainnya yang menjadi pemegang tahta kala ayahnya berkuasa. Nasib nama memang tak selalu, tak akan, sama.

Pagi itu, ia tak sempat sembahyang. Waktunya habis untuk melamunkan asal-usul yang tak seharusnya ada. Tak seharusnya dilamunkan. Ada kebencian yang bertambah ketika ia kembali merenungkannya. Semakin tebal. Hingga kuasa tangannya melebihi akal sehatnya.

Sebelum memutuskan untuk tidak sembahyang, Tommy pergi ke gudang. Gergaji itu terus memanggil, meminta untuk berkeliling mencari ketenangan. Tommy yang kerasukan pikiran, menyembelih ratusan manusia tebuang yang belum sempat melihat fajar menjelang hari itu.

Tak ada jerit tangis kematian. Tak ada pemberitaan besar tentang pembantaian. Ini hanyalah kisah orang-orang malang, orang yang terbuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar