Minggu, 29 September 2013

Marah

Pada langit yang tak berujung, jatuh deras mimpi-mimpi yang kita junjung. Mimpi-mimpi yang membuat tubuh ini hidup, sekaligus mati, terjebak dalam bermacam fantasi. Inikah masa depan? Masa depan yang kita bayangkan dan kelak kita perjuangkan?

Bilamana kita sibuk dan terlupa untuk sekadar mabuk dan bercinta, mereka bilang inilah takdir. Pembangkangan adalah hal bodoh yang tersusun rapi di aturan-aturan kebudayaan. Tetapi selalu saja diri kita ingin berak dan pipis di celana, tanpa perlu berjalan menuju kamar mandi.

Lalu bagaimana kita menjalani hidup semestinya berarti menghayati hidup yang jauh di luar diri kita. Kemudian seseorang menyangkalnya. Seorang lagi ikut serta. Terus begitu, seorang demi seorang, sampai kita terbentuk untuk percaya pada jumlah. Dan keikut sertaan adalah partisipasi menjalankan apa yang disebut kebenaran.

Kemarahan yang terpendam tak pernah terungkapkan. Tapi ia menguntit kita, diam-diam mengikuti kita, seperti bayangan tubuh kita. Maka temukan dan raihlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar