Minggu, 21 Oktober 2012

Gelisah dan Lahirnya Pemikiran Segar

Ilustrasi: blogspot.com

Mengapa harus gelisah? Mengapa tak kau simpan sendiri kegelisahanmu itu?” –seorang teman imajiner

Kegelisahan adalah sifat dari manusia konkret, yang hidup secara sadar. Manusia konkret menjadi pusat kegelisahan yang melahirkan sebuah renungan, lalu mereka menempatkan dirinya sebagai manusia yang bereksistensi. Keeksistensian itu memerlukan apresiasi dari manusia lain. Oleh karena itu, kegelisahan yang telah direnungkan sudah selayaknya dibagikan kepada manusia lain –setidaknya untuk mencari apresiasi.

Kegelisahan manusia muncul dari ketidakpuasan terhadap kondisinya –baik secara personal maupun terhadap lingkungan sosial. Intinya adalah penolakan terhadap sistem yang berlaku dalam kehidupan sosial tidak mengakui eksistensinya. Menurut Freidrich Nietzche, manusia yang berkesistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berpikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.

Penderitaan yang dimaksud adalah proses kegelisahan itu datang dan selalu menghantui kehidupan manusia. Dalam pederitaan itulah, manusia ditantang untuk menemui hakikat dari dirinya sendiri. Dibutuhkan proses renungan yang panjang untuk menemukan makna dari hidup yang sebenarnya.

Manusia membutuhkan waktu untuk merenungkan kegelisahan yang menghantui pikirannya. Renungan yang digunakan untuk mengatasi kegelisahannya itu yang menentukan kualitas hidup yang dimiliki seseorang. Ya, renungan yang jernih akan menhasilkan pikiran yang jernih pula, pikiran yang jernih akan menghasilkan ide yang jernih, yang lahir dari kegelisahan yang menghantui.

Kegelisahan manusia akan terus ada. Ia (kegelisahan) merupakan proses untuk menemukan makna dari kehidupan. Manusia-manusia yang belum menemukan makna dari kehidupannya, senantiasa selalu menjadi gelisah. Dan manusia yang cerdas tentu akan memanfaatkan kegelisaahan itu menjadi sebuah pemikiran dan ide-ide yang baru, bukan hanya larut dalam kegelisahannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar