Saya teringat dua semester lalu, saat saya masih mengambil mata kuliah Penulisan Berita. Bang Norman adalah dosen mata kuliah itu. Ia kini memimpin Redaksi Sinar Harapan.
Ia sering sekali bercerita tentang bagaimana sulitnya menjadi wartawan. Selama 14 kali pertemuan, ia hampir selalu menceritakannya. Gaya ceritanya yang antusias membuat semua mahasiswa dengan seksama menyimak.
Yang paling saya ingat saat ia bercerita bagaimana menjadi wartawan berarti juga menjadi musuh beberapa pihak. Wartawan kerap menimpa kekerasan. Tentu saja hal itu dilakukan oleh "penguasa" yang tidak menyukai keberadaannya.
Bang Norman sering berpesan agar selalu bekerja dengan hati. Hal tersebut tak hanya ia lakukan pada profesinya sebagai wartawan. Sebagai dosen, ia terlihat bekerja bukan karena uang, tapi karena kesenangan. Wajar saja jika di kelas ia begitu antusias saat membagi pengalamannya. Ia juga sangat terbuka jika diajak diskusi.
Saya mencatat sebuah kalimat yang ia ucapkan di pertemuan terakhir semester itu. Sebelumnya, ia meminta kritik dan saran dari mahasiswa, serta memohon maaf atas kesalahan yang tak sengaja ia lakukan. "Jangan takut menjadi wartawan. Menjadi wartawan memang tak mudah," ungkapnya dengan intonasi pelan. Lalu ia menaikan volumenya saat mengatakan, "tapi semua kebaikan yang dilakukan wartawan, akan dicatat Tuhan, karena membuka hal-hal yang sengaja ditutup-tutupi, yang sengaja diputar-balikkan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar