Saya mungkin termasuk salah satu orang yang jenuh terhadap
agresi Istrael ke Gaza. Bagaimana tidak, sejak masih sekolah dasar hingga
sekarang, selalu ada berita tentang bombardir kaum zion ke tempat yang
disinyalir menjadi persembunyian pejuang Hammas. Entah mengapa, karena bodoh
atau tak bisa membaca situasi, roket-roket istrael tak pernah mengenai markas
Hammas. Apakah Hammas memang dilindungi yang maha kuasa? Entahlah.
Anehnya, jika Hammas melakukan agresi ke Istrael, mereka
kerap mengenai sektor-sektor pemerintahan Istrael. Inilah keajaiban. Tuhan selalu
bersama orang-orang teraniaya. Ah sudahlah, saya tak ingin terlalu agamais
disini toh juga saya tak begitu memperdulikan konflik disana. Karena kehidupan
saya terlalu banyak mengandung konfli. Saya tak ada waktu untuk mengurusi
urusan receh tersebut.
Saya ingin menggarisbawahi masalah budget yang dikeluarkan
Istrael untuk biaya perang. Sudah berapa juta dollar yang mereka keluarkan
sepanjang waktu demi menyerang Gaza? Hal tersebut terlalu mubazir jika hanya
digunakan untuk berperang dengan Palestina. Bukankah bangsa Istrael –atau yahudi
lebih tepatnya- termasuk bangsa yang cerdas? Qur’an pun pernah menyebutkan hal
tersebut. Saya lupa dibagian mana. Apakah memang prinsip orang cerdas selalu
membuang-buang uang? Saya rasa tidak.
Jika saja Istrael mau sedikit saja mengalokasikan dana
perang mereka yang tak penting itu ke ranah sepakbola, saya yakin perkembangan
sepakbola mereka tak akan kalah dengan sepakbola Inggris, Italia atau Spanyol. Bukankah
orang yahudi juga gemar sepakbola? Lihat saja bagaimana Abramovic menyulap
Chelsea menjadi tim yang menakutkan di Eropa. Atau Glazer yang sudah berkuasa
di United beberapa tahun belakangan. Walaupun sebagaian orang-orang tersebut
lebih mengutamakan bagaimana bisnis mereka berkembang di sepakbola. Minimal mereka
mencoba memajukan sepakbola. Lihat saja transfer-transfer bombastis yang
dilakukan Abramovic untuk Chelsea atau sepak terjang keluarga Glazer bersama
United. Nama-nama besar selalu hadir disetiap bursa transfer didengungkan. Semua
itu dilakukan atas dasar ingin membuat klub yang mereka sokong menjadi lebih
besar dan berprestasi.
Bagaimana dengan sepakbola Istrael sendiri? hampir setiap
tahun saya selalu melihat perwakilan mereka mentas di ajang Eropa. Baik itu
Liga Champions ataupun piala UEFA. Tapi, sejauh mana perwakilan mereka
melangkah? Untuk kadar Liga Champions, perwakilan agung mereka hanya sampai
pada fase 32 besar. Tak lebih dan kurang. Jika sedang beruntung, mereka masih
mendapatkan jatah bermain di piala UEFA berkat duduk diperingkat ketiga di fase
grup. Untuk kadar piala UEFA, agak lebih baik, perwakilan mereka kerap maju ke
fase gugur. Namun hanya sebatas itu, sungguh menyedihkan.
Apalagi jika kita mencoba mencari rekam jejak pemain mereka
yang terkenal di dunia sepakbola secara keseluruhan. Berapa persentasenya? Kecil
sekali. Saya hanya mencatat nama Yossi Bennayoun saja. Yossi pernah membela
Liverpool, Chelsea dan West Ham. Namun untuk dua nama pertama, Yossi bukanlah
pilihan utama. Pasalnya, kualitas Yossi masih jauh untuk bersaing dengan pemain
sekaliber Gerrard ataupun Lampard. Yossi jelas bukan pilihan yang baik untuk
diturunkan dari awal laga. Ditambah lagi, ia kerap inkonsisten dan bingung
dalam bermain. Ia bak domba tersesat diantara gundukan berlian. Sungguh memilukan.
Yang jadi pertanyaan, apakah federasi sepakbola Istrael
pernah memikirkan kepiluan saya terseut tersebut. Jika boleh jujur, mereka
sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi lebih baik dan mampu menghasilkan
pemain-pemain yan berkualitas apabila itu tadi, mereka mencoba menyisihkan
sedikit dari dana perang untuk memajukan sepakbolanya, merapihkan struktur
pembinaan pemain muda bahkan bisa saja tim nasional mereka lolos ke piala Eropa
atau piala Dunia. Bukankah itu tidak terlalu muluk untuk mereka? Bisa saja
mereka menemukan Messi atau Neymar baru di tanah yahudi bukan?
Jika memang benar mereka bisa memajukan persepakbolaan
mereka. Bukankah nantinya nama mereka akan harum di mata Internasional? Bukankah
hal tersebut amat baik untuk merapihkan kredibilitas mereka yang kerap di cap
tak memiliki rasa kemanusiaan karena kerap membunuh orang-orang yang tak
bersalah? Dan jika sepakbola mereka menjadi maju, bisa saja mereka membantai
Jerman atas nama balas dendam bangsa yahudi yang sudah dibunuh Hitler puluhan
tahun lalu melalui sepakbola. Semua kemungkinan bisa terjadi. Mereka bisa
membuat Angela Merkel menjadi jalang murahan dengan sepakbola.