Joko Widodo, atau Jokowi adalah orang yang
menerapkan pakem Blusukan. Blusukan sendiri dalam bahasa bahasa jawa biasa
diartikan sebagai masuk. Jokowi mulai menerapkan sistem ini pada kampanye
pemilihan gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Dengan blusukan, ia dapat
memantau langsung daerah yang dikunjunginya dengan mata kepala sendiri. dengan
penerapan ini, ia secara langsung dapat merobohkan stigma bahwa pemimpin tak
bisa berbaur dengan rakyat. Stigma usang itu dihapuskan sekejap oleh sosok
kerempeng klimis ini. Dan terbukti berhasil. Ia sekejap bisa mendapatkan people
power dan popularitas melalui blusukan dan mendapatkan tempat terhormat sebagai
orang nomor satu di Jakarta.
Blusukan sendiri menjadi tren baru dalam
kampanye. Setiap orang yang ingin menjadi pemimpin lantas berbondong-bondong
menerapkan sistem ini dengan harap meraih popularitas dan people power seperti
yang di dapat Jokowi. Dalam pemilihan anggota legislatif yang lalu, tak
terhitung berapa banyak caleg yang melakukan sistem ini. Skema ini lantas
dianggap telah usang, bahkan cenderung lebih menjurus ke pencitraan. Karena
Jokowi menerapkan sistem ini di waktu yang tepat. Sementara yang lain hanya
mengkopi dan menelan mentah-mentah, ah bodohnya.
Blusukan yang dilakukan Jokowi sudah melekat
di masyarakat. Masyarakat sendiri telah kidung cinta terhadap bersahajanya
Jokowi. Bahkan, tagline “Jokowi adala Kita (masyarakat).” Sangatlah mengena.
Rakyat dijadikan bagian tak terpisahkan dalam kampanye pencalonan presiden
Jokowi. Dan ini berhasil. Hal ini terbukti dengan kemenangan Jokowi berhasil
menang dalam quick count beberapa waktu lalu. Walaupun quick count sendiri
sebenarnya adalah proses yang amat tak penting menurut saya.
Kesederhanaan, kemeja kotak-kotak dan blusukan
tentunya menjadi senjata utama Jokowi. Hal ini terbukti dengan kemenangan
tipisnya atas sang mantan jendral, Prabowo pada penghitungan resmi KPU. Jokowi
kini menjadi presiden Republik Indonesia yang ketujuh. Semua bisa dilakukannya
dengan kekuatan People Power. Dan kita kini hanya perlu mengawasi janji si
kurus dari Surakarta ini selama lima tahun kedepan.
Oh iya, semoga Glodok dan Kelapa Gading
aman-aman saja esok hari.