Ilustrasi: guardian.co.uk
“Musik Koil akan selalu gratis,” ujar si mulut
besar J. A. Verdyantorro beberapa waktu lalu di akun twitternya.
Sementara itu, di televisi, sering sekali kita mendengar, “dengan membeli rilisan fisik, kalian sedikit banyak membatu perkembangan musik tanah air," . Opini kedua pihak tersebut bisa saja menjelaskan keadaan kultur musik yang semakin absurd.
Sementara itu, di televisi, sering sekali kita mendengar, “dengan membeli rilisan fisik, kalian sedikit banyak membatu perkembangan musik tanah air," . Opini kedua pihak tersebut bisa saja menjelaskan keadaan kultur musik yang semakin absurd.
Di saat semua orang bebas mengunduh lagu di situs
situs free download maupun berbayar, masih ada sekelompok orang yang rela membeli
rilisan fisik sebuah album. Bisa jadi untuk menjadi bahan koleksi ataupun
sekedar gengsi, atau mungkin saja untuk mengeksklusifkan diri. Semoga poin
terakhir bukan menjadi alasan.
Hari ini, musik sudah tak menjadi barang yang mahal, tak
ada lagi data penjualan yang mencapai jutaan kopi. Seperti yang pernah dibuat
Sheila On 7, Peterpan (Innalillahi wainalillaihi rojiun), Padi. Semua telah
banyak berubah karena makin menjamurnya pembajakan di negeri tercinta ini (cuih...).Untuk memperoleh penjualan Gold. Dulu para musisi harus menjual album
hingga satu juta kopi. Saat ini, major label hanya menargetkan beberapa ratus
ribu kopi untuk mencapai predikat tersebut.
Menurut sebagian orang (atau lebih tepatnya produser
musik), bisa jadi membuat rilisan fisik di era sekarang adalah tindakan bunuh
diri. Mengingat maraknya pembajakan serta free download. Sampai sampai banyak
dari major label yang mengaktifkan sistem “single“. Memilih sebuah lagu
terbaik untuk dijadikan lagu utama dari musisi, sebagai ajang tes ombak ke
pasaran. Jika sukses, major label akan membuatan sang musisi sebuah album,
jika tidak, bersiaplah untuk ditelantarkan. Nagaswara adalah sebuah label yang
paling sering mengorbitkan artisnya dengan cara seperti ini
Melihat list traffic download yang semakin menggila (entah karena tak mampu membeli rilisan fisik, malas pergi ke toko musik, atau
memanfaatkan teknologi yang semakin tak terkendali), sampai ada beberapa band/musisi yang gencar menggratiskan rilisannya, seperti Koil, Bottlesmoker, Frau
dan masih banyak lagi. Atau juga membuat sebuah langkah (yang menurut mereka
brilian), untuk tidak merilis fisik karena bisa menyebabkan rusaknya data
musik pada media penyimpanan seperti kaset, compact disc atau vynil. Dan membiarkan para
fans membayar lagu mereka secara sukarela via Itunes. Seperti yang dilakukan
Radiohead.
Terpujilah para pembeli rilisan di jalan Surabaya, Heyfolks, Disc Tarra, Duta Swara. Karena berkat kalian, rilisan fisik tak
sepenuhnya mati (terlepas dari semua hal yang saya jabarkan di atas). Dan
terima kasih untuk para pengunduh, pembajak, dan pengunggah musik secara
ilegal. Karena tanpa kalian, rilisan musik di negara ini akan terlihat basi.
rilisan fisik kali!!?? TOT
BalasHapusbolekak
BalasHapus