Catatan seorang penonton lakon Aljabar.
Lampu panggung
menyala, terlihat seorang lelaki setengah baya duduk sedang menyelesaikan
lukisannya, dan seorang perempuan yang mulai mengantuk dan terus mengajak untuk
tidur. Mereka berdua adalah pelukis yang sedang mencapai titik kejenuhan dalam
mengahadapi kegelisahan hidupannya. Melalui lukisan, mereka menuangkan seluruh
kegelisahan itu.
Namun ketika mereka
mencoba untuk melukiskan dirinya sendiri, hasilnya pasti kabur dan tidak sesuai
dengan yang mereka inginkan. Sampai pada
akhirnya mereka sadar bahwa mereka belum bisa memahami dan memaknai dirinya
sendiri. Dengan hidup yang begitu singkat, mereka pesimis untuk dapat
mengetahui arti hidup mereka.
Dua pelukis yang diperankan
mencoba untuk mewakili kegelisahan masyarakat saat ini. Masyarakat terkadang
menjadi tidak berdaya menghadapi kerasnya persaingan hidup dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sampai pada akhirnya, mereka hanya bisa meratapi
kegelisahannya dan menyalahkan kehidupan sebagai biang keladinya.
Lakon yang dibawakan
oleh Teater Cinta Lakon ini merupakan representasi mereka terhadap kehidupan
masyarakat saat ini. Lakon Aljabar menjadi menarik karena mereka sedang
menjabarkan tentang kegelisahan yang mereka rasakan dalam sebuah lukisan. Menjabarkan
diri sendiri berarti memahimi diri sendiri secara keseluruhan. Dengan mengenal
diri sendiri, tentu akan lebih mudah untuk menikmati kegelisahan yang sedang
melanda.
Fotonya sih asik, Bay. Tapi tulisannya kurang euy.
BalasHapuslalalalala.....
BalasHapus