Ramadhan tiba. Menurut pak ustad dekat rumah saya, di bulan
ramadhan setan-setan akan dikurung demi menjaga kesucian bulan ini. Saya turut
mengamini, karena selama bertahun-tahun berpuasa, saya belum melihat penampakan
setan ataupun sekutunya di bulan puasa. Sungguh. Di era pandemonic seperti
sekarang ini, ssetan menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan. Mungkin
mereka hanya bisa ditemui di lokasi-lokasi uji nyali berhadiah jutaan rupiah.
Itupun hanya kasat mata. Tak pernah lebih dari 10 detik.
Kesucian bulan ini cukup terlihat di wilayah rumah saya.
Hampir sepanjang Galur hingga Tanah Tinggi tak ada lagi open bottle untuk
Anggur merah, Ciu, ataupun berbagai jenis miras lainnya. Semua sudah tersimpan
rapat, serapat perasan hatinya untukku. Namun kesucian bulan ini cukup
terganggu dengan maraknya booth-booth petasan disepanjang jalan kampung yang
membelah Galur hingga Kramat Sentiong. Booth semacam ini selalu ramai akan
pembeli. Mayoritas pembelinya adalah anak dibawah umur yang suka akan hingar
bingar ledakan. Adakah ini indikasi calon penerus bangsa khususnya di wilayah
Tanah Tinggi dan sekitarnya hendak menjadi pengantin bom bunih diri yang kian
marak terjadi? Entahlah.
Petasan dan ramadhan adalah dua sisi mata uang yang tak
terpisahkan. Entah siapa yang memulai era ini. Yang jelas, keberadaan petasan
sangat meresahkan. Ledakan demi ledakan bisa terjadi kapan saja. Saya seakan
merasakan sketsa konflik mini ala Timur Tengah di wilayah yang super asri ini.
Apalagi keadaan jantung saya saat ini sudah sangat lemah untuk menerima
bebunyian keparat itu.
Harga yang murah menyebabkan semua orang bisa mengkonsumsi benda
terkutuk itu. Satu bundel petasan korek misalnya, biasa dibandrol 7-10 ribu.
Petasan ini menjadi favorit anak-anak, karena bisa diketeng. Filosofi bermain
petasanpun cukup aneh menurut saya, jika Fc Barcelona menerapkan tiki-taka
dalam permainannya, maka petasan biasanya lebih kepada sistem kick and rush.
Bakar-ledak-dan senang. Saya mungkin terlalu awam untuk menikmati filosofi
tersebut. Sungguh. Namun konsepsi kebahagiaan seseorang tak bisa ditakar dengan
apapun. Jadi biarkan saja.
Sesungguhnya, memebeli petasan adalah sesuatu yang mubazir.
Dan perbuatan mubazir adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan masih ada di
bulan suci ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar