Laman

Rabu, 24 Oktober 2012

Perbuatan, Tanda yang Paling Ideal



Mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Sang pengajak paling tidak harus memiliki pembawaan yang baik agar khalayak yang diajak mempercayai ajakannya. Pembawaan, wibawa, adalah hal yang sulit –namun bukan berarti tidak bisa- untuk ditumbuhkan.

Menumbuhkan wibawa tidak bisa hanya mengandalkan kata-kata (bahkan tulisan ini sekalipun tidak serta-merta membuat saya lebih berwibawa dari Anda). Perbuatan. Ya! Hanya perbuatan, sebagai tanda yang paling ideal, yang bisa menumbuhkan wibawa seseorang. Seseorang menilai orang lain melalui perbuatannya, bukan kata-katanya –meski dalam tulisan. Sebuah hal klise dan disadari banyak orang, namun hanya sedikit orang ynag mampu melakukannya secara konsisten.

Jika harus mengambil ajaran dari para orang tua, mereka selalu menyuruh kita untuk membenahi diri sendiri baru, setelah benar, mengajak orang lain untuk berubah. Mungkin benar seperti harus seperti itu, tapi lantas harus sampai kapan menunggu perubahan terjadi bila diri sendiri pun tak pernah bisa untuk mencapai kesempurnaan yang tidak perlu lagi untuk dibenahi? Sampai kematian menjelang? Sampai mereka sadar untuk membenahi diri sendiri dan bersifat apatis terhadap yang lain?

Tak perlu menjadi sempurna untuk mengajak orang lain untuk berubah. Yang diperlukan hanyalah konsistensi untuk membuat perubahan (ini bukanlah iklan partai politik yang membuat slogan perubahan yang entah apa tujuannya) itu bersama-sama. Dengan mengajak orang lain untuk berubah, setidaknya kita dapat menjadi lebih baik lagi melalui proses itu. Tak perlu citra yang berlebihan, tak perlu pembawaan yang palsu. Hanya perlu melakukannya dengan perbuatan, karena perbuatan adalah ajakan yang paling ideal. Citra itu akan tercipta dengan sendirinya.

Menulis adalah perbuatan. Bicara juga perbuatan. Lalu apa lagi yang harus diperbuat? Menulis dan membaca adalah perbuatan menciptakan tanda lain untuk melakukan sebuah langkah konkret. Lalu apa langkah konkretnya setelah menulis dan berbicara? Tentu melakukannya dengan konsisten. Menulis dan berbicara hanya akan menjadi konsep matang yang sangat sayang bila tak diberikan langkah yang konkret. Dan tentu saja, langkah konkret tanpa sebuah konsep adalah sesuatu yang mudah untuk ditunggangi. Sudah siap berubah? Ah, mungkin waktunya belum tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar