Tidak ada Kunang-kunang di dalam bir. Ini Pamulang. Bukan Djenar Maesa Ayu ataupun Agus Noor. Kunang-kunang tak terlihat indah di Pamulang. Tetapi di Pamulang, sebaiknya minum Kuda Laut di dalam bir.
Laman
▼
Jumat, 27 September 2013
Gengges, HIH!
Udah sebulan
ini gue bolak-balik kampus pakek motor bokap. Dan sebulanan ini gue udah bisa
nyimpulin kalo para penendara kendaraan bermotor di Jakarta tuh gag sabaran dan
annoying banget.
Kenapa gue bisa
nyimpulin gitu? Ini alasanya:
Mengais Sensasi seperti Buku Motivasi
Gambar: Tai
Buku motivasi sudah terlanjur menjamur. Tak henti sampai di
situ, akun motivasi pun merabak sampai puncaknya yang membuat kita muak untuk
mengartikan apa sebenarnya yang ditujukan. Saya tak akan membahas tentang Mario
Teguh atawa Tung Desem Waringin yang memang sudah terlalu usang. Yang paling
baru saya dengar adalah akun brengsek yang adem ayem tanpa melakukan setitik
perlawanan. Berisik namun kosong.
Ini adalah pola baru dalam motivasi; membuat orang bangga
pernah hidup, pun tempat di mana ia hidup adalah kutukan. Ya, mengatakan, “Saya
bangga kuliah di sini, alumninya brengsek-brengsek.” Lalu apa? Mari sejenak
luangkan waktu untuk membaca The Power of Terus Kenape, untuk belajar
mengatakan “Brengsek luh!” kepada akun-akun tersebut.
Hal ini yang sedang mengendalikan kita. Berkata bangga tanpa
menggali mitos yang masih belum nampak. Mari lihat lingkungan di mana kita
berdiri. Ketika obrolan masih seputar figur seseorang, maka celakalah kita. Tak
ada lagi sejarah kelam. Tak ada lagi ide. Tak ada lagi karya.
Kita yang terbuai oleh iming-iming masa lalu menjanjikan. Lupakan
tentang masa depan cerah dan gemilang ketika persoalan lokal pun tak ada yang
bicara. Mari bicara tentang sebuah tindakkan, bukan dengan sampah-sampah
motivasi ulung yang hanya koar-koar.
Persetan dengan mereka yang selalu berkedok pada kejayaan
masa lalu. Toh, pada akhirnya kita akan berjuang sendiri di jalan yang gelap
nan tak berujung.
Mari tarik nafas dalam-dalam, simpan di perut dan mulai. Brengsek
luh!