Kulajukan sepeda motor kreditku dengan sangat lamban, seakan tak peduli
dengan keadaan sekitar. Aku merasa semua orang menertawaiku, namun pedulikah
aku? Mereka seolah menjadi tuhan atas diriku, mereka berkata seenaknya, membabi-buta mencerca. Dan mungkin berpikiran akan menghukum diriku.
Dengan segala cara, aku beruhasa untuk tak menghindar dari kenyataan. Merenovasi pemikiran dengan cara membaca kitab-kitab suci yang terasa tak lekang oleh zaman. Sekalipun hanya mengartikan sesaat, namun terasa bermakna.
Dengan segala cara, aku beruhasa untuk tak menghindar dari kenyataan. Merenovasi pemikiran dengan cara membaca kitab-kitab suci yang terasa tak lekang oleh zaman. Sekalipun hanya mengartikan sesaat, namun terasa bermakna.
Mereka yang mengaku tuhan biasanya akan semena-mena, tak peduli omongan
orang. Merekalah yang terhebat, terbaik, terbenar. Penggunaan akal pikir
berlebih tentu akan membahayakan diri sendiri, stigma ateis sudah barang tentu akan menjadi label
orang-orang tersebut.
Dari segala jenis keabsurdan yang melekat, selalu tersimpan pembenaran
yang (mungkin) hakiki. Itulah mereka, mereka akan selalu seperti itu. Entah sampai
kapan, selang waktu pun seakan tak mampu untuk menjawab.
Surga dan neraka hanyalah mitos untuk mereka, teologi seakan angin lalu,
kitab suci seperti lembaran pengumuman yang tak berguna. Tuhan telah mati bagi
mereka, merekalah tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar