Beberapa minggu yang lalu
pemberitaan cukup rame sama Lurah Lenteng Agung yang ditolak warga. Kenapa kah?
Karena dia perempuan dan bukan seorang Muslim. Gue yang baca berita macem gitu
cuma ber ‘what the?’ aja.
Iya. What the hell. What the
fuck. What the bum. Seorang warga negara Indonesia, ingin melayani rakyat di
tingkat paling bawah pun, gag boleh jadi lurah karena dia bukan seorang Muslim?
Gue rasa gag mungkin karena dia perempuan. Secara, lurah perempuan gag cuma
yang di Lenteng Agung aja. Iya bok. Karena dia beragama bukan agama mayoritas,
jadilah orang-orang random yang beragama mayoritas ‘melarang’ itu orang buat
jadi lurah.
Gue pikir yang kek gitu gag adil.
Kenapa? Karena sebagai warga negara, dia memiliki hak yang sama dong? Masa
karena berasal dari agama yang bukan mayoritas di negara ini, dia gag boleh
jadi pejabat? Ini bukan baru sekali terjadi. Sebelumnya ada Ahok, Wakil Gubernur
DKI Jakarta, yang pernah dicela-cela karena dia bukan berasal dari kalangan agama
minoritas.
Seinget gue, Indonesia tuh bukan
milik agama tertentu. Walaupun agama tertentu itu lah yang menjadi mayoritas
disini.
Ada line di sebuah berita dimana
ibu-ibu warga Lenteng Agung memberikan testimoni pada si ibu lurah. Kata
ibu-ibu warga, mereka demo nolak itu lurah juga ikut-ikutan aja. Mereka gag
bermasalah sama si ibu lurah. Malah kata ibu-ibu warga, si ibu lurah sangat
down to earth orangnya. Ada pula yang cerita kalo si ibu lurah nyamperin warga
yang kena rumahnya kebanjiran pas sebagian daerah Lenteng Agung kena banjir.
See? Pemimpin kek begitu udah
jarang loh di Jakarta. Tapi anehnya, itu kualitas bagus seakan terhapus oleh
fakta bahwa dia bukan penganut agama mayoritas di negara ini.
Kan gag semua orang beragama
mayoritas disini selalu merupakan orang baik toh?
#UdahGituAja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar