Sambil menenggak minuman sehat, terdengar sayup-sayup lirik
berbunyi, “Climbing up the walls.” Ya, itu adalah lagunya Radiohead! “Radiohead is too mainstream,” begitulah
Taufiq Rahman menulis dalam esainya. Tapi peduli setan, liriknya enak sambil
menemani meminum intisari susu sebagai pelengkap lima sempurna sehabis makan. Bahkan
kaki saya ikut bergoyang tak henti-hentinya, seperti saat di dalam kelas
menanti jam pulang.
Saya sedang tidak berusaha menafsirkan lirik lagu tersebut. Saya
hanya menuliskan apa yang saya ingin tuliskan. Baiklah, mari kita awali dengan ‘Menari’
bersama Tigapagi, sebelum membahas tentang lirik yang sayup-sayup terdengar
tadi. ‘Menari’, dengan suara senar gitar yang bersahut-sahutan, begitu mudah
untuk membawa saya ikut bernyanyi, sampai saya lupa kalau kematian sedang
menghampiri. Tigapagi kabarnya sedang merilis album perdananya. Semoga saya bisa
mendapatkannya –entah dengan apa caranya.
Jadi saya akan ceritakan awalnya saya mendengarkan lirik yang membuat kaki saya bergoyang tadi. Sore itu saya baru bangun saat azan magrib berkumandang, langsung disuruh mandi dan solat oleh ibu saya, dan tahu-tahu ada pertandingan timnas Indosesia U-19 melawan timnas Thailand U-19. Ah membosankan, namun akhirnya pertandingan itu dimenangkan oleh timnas Indonesia dengan skor 3-1, dan rasa bosan berubah menjadi kesenangan. Yah, sebagai orang Indonesia, senang saat timnas menang adalah bawaan dari perasaan yang tak bisa dijelaskan. Yang penting saya senang, pun awalnya adalah bosan.
Karena timnas Indonesia menang, maka saya memutuskan untuk
makan nasi dengan lauk yang tak sampai empat sehat. Tapi tak apalah, yang
penting hidup ini berkah. Dalam ‘Doa’ tertuliskan lirik yang sederhana namun
penuh kejujuran. Tentang pujian, nasihat dan pengharapan dari orang-orang yang
hatinya pernah mati. Lirik yang merupakan ajakan untuk bersyukur dalam
kehidupan yang sebentar ini. Badan sehat/
Jiwa sehat/ Hanya itu yang kami mau// Hidup berkah/ penuh gairah/ Mudah-mudahan
Alloh setuju//
‘Doa’ adalah lagu dari akhir keemasan Iwan Fals sebelum akhirnya menjadi bintang kopi.
Setelah senang, makan dan bersyukur, saya mencari sebatang
dua batang rokok ke luar. Di luar, sep[erti biasa, akamsi (anak kampung sini,
termasuk saya) selalu berkumpul selepas Isya, dan terjadilah obrolan tentang
kendaraan, masa depan dan khayalan-khayalan, layaknya dalam ruangan kelas satu
sekolah dasar. Langsung saya setel lagu Takkan Melupakanmu' milik Naif, yang dicover oleh band asal Malaysia, Couple, untuk mengalihkan perhatian dari obrolan yang tak akan jelas ujung
persoalannya.
Merasa bosan berada di warung, saya memutuskan untuk pulang.
Niatnya untuk membaca metode-metode teater a la Stanislavski, tapi kaki saya
beranjak ke depan komputer. Duduk diam memandang layar monitor, membuka folder
film Holly Motors, tapi hasrat saya sedang tak ingin menonton film. Yasudahlah,
membuka Microsoft Word, Winamp dan saya menyalakan ‘Climbing Up the Walls’
Radiohead.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar