Untukmu Andio,
“Musim ujan nih,
biasanya kalo Ciliwung banjir gue nungguin sampah yang lewat dari Bogor.”
Begitulah kira-kira ucapan teman saya yang tinggal di gang Realita, di mana
kali Ciliwung melintasi tempat itu.
Konon dahulu, pernah
ada kepala buntung melewati kali Ciliwung di gang Realita. Masyarakat setempat
lantas langsung geger, bingung bukan kepalang. Namun akhirnya, menurut cerita
yang beredar, kepala yang ditemukan tersebut dikubur si bantaran sungai, tanpa
pernah ditemukan anggota badannya. Cerita tentang penemuan kepala buntung ini
memang saya dengar langsung dari teman-teman saya yang tinggal di daerah itu. Teman SMP saya,
selalu mengajak lari ketika kami melewati kuburan tersebut malam-malam. Ya,
lumayanlah olahraga malam-malam.
Waduh, sepertinya
cerita ini menjadi cerita misteri edisi malam jumat tanggal 13 kemarin. Sepertinya
fokus cerita saya terlalu melenceng. Sebenarnya tulisan ini sudalh lama saya
buat, kira-kira sekitar menulis 30 hari #1. Saat itu saya kehilangan akal untuk
melanjutkan tulisan ini, akhirnya saya tinggalkan. Entah kenapa, saat ingin
memulai menulis 30 hari #2, saya membuka folder tulisan yang belum selesai ini.
Pada mulanya, tak
ada niatan sedikit pun untuk menampilkan perspektif sejarah (mitos) dalam
tulisan ini, tapi apa daya, tangan ini seperti telah memilih barisan barisan
aksara yaang ada di keyboard. Mengalir mengikuti lagu Siang Seberang Instana
milik Iwan Fals, yang kebetulan saya dengarkan saat menulis kalimat ini.
Ah sial, hampir jam
tiga pagi. Tiba-tiba saya berhasrat mendengarkan lagunya Tigapagi. Sambil
menari, sambil berusaha untuk menyakiti diri sendiri. Namun, sadar atau tidak,
kematian perlahan menghampiri.
Mari kita kembali
pada tulisan yang belum selesai ini. Begini rencana awal saya membuat tulisan ini.
Teman saya adalah orang yang senang berceria. Ia bercerita tentang apa saja, kadang masa-masa sekolah menengah
pertama, kadang pula tentang tempatnya bekerja yang mewajibkan untuk lembur di
hari Minggu. Namun yang membuat saya tertarik adalah tentang sampah orang Bogor
yang melintas di kali Ciliwung.
Saat banjir tahun
kemarin, persis saat saya ingin membuat tulisan ini, teman saya mengeluh, “Sekarang
sampah-sampahnya dikit, Bay. Kayaknya orang Bogor udah berhenti buang sampah di
kali, deh.” Sontak perkataan teman saya itu membuat saya tertarik menulis
tentang kebiasaan teman saya sebelumnya.
Teman saya yang
sering bercerita ini juga yang meminta saya menuliskan tentangnya. Mulanya, dalam
edisi pertama blog ini, saya banyak memakai karakter Riko –teman kami berdua. Tiba-tiba
saat sedang bercerita, dia bilang, “Bay, lu besok-besok bikinin cerita tentang
terita gue dong.” Tapi apalah daya, tulisannya malah jad begini. Insya Alloh
buat besok rada asyik deh.
Yo, sorry yee, lagi gak dapet ide!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar