Laman

Selasa, 13 November 2012

Mengukur Media di Kampus Tercinta


Catatan berdasarkan sudut pandang tunggal yang bias dan penuh prasangka.

Kampus IISIP Jakarta, yang saya tahu, terkenal dengan sebutan kampus jurnalistik. Lulusannya banyak yang berhasil menjadi wartawan besar. Sebut saja, Andy F Noya, salah satu lulusan IISIP Jakarta yang sudah tak perlu lagi untuk diulas profilnya dalam tulisan ini. Banner yang memajang gambar mukanya di depan Kampus Tercinta cukup untuk menarik minat lulusan SMA yang tak sengaja tidak diterima di perguruan tinggi negeri.

Kampus jurnalistik, seperti bayangan banyak anak muda, pasti akan ada berbagai media di dalamnya. Isu-isu sengit dalam lingkungan sekitar, mungkin, akan dibahas menggunakan berbagai teori populer. Paham ke kiri-kirian, mungkin juga, akan menambah rasa tusukan pedang dari isi pernyataan. Namun setelah ke dalam, entah kenapa, saya merasa hampa, sepi, sedikit sekali media –dalam bentuk konvensional- beraksi. Padahal, dengan bangga, Kampus Tercinta memajang gambar muka Andy, yang notabennya adalah pekerja media, di depan kampus. 

Nanti juga saat lulus dan dapat kerja saya akan diajari caranya membuat tulisan pesanan. Oh, betapa dangkalnya pemikiran saya. Tapi tunggu dulu, saya sudah membaca dan berpikir tentang teori-teori komunikasi populer. Sampai sini, kesimpulan saya adalah, generasi saya adalah generasi pemikir tanpa tindakan.

Saya rasa tulisan ini sudah mulai mengawang jauh ke angkasa, melantur karena memang saya kurang tidur. Mungkin bila saya lanjutkan tulisan ini, akan berakhir dengan caci maki.

Tak perlulah saya mengucap sumpah serapah terhadap keadaan media di Kampus Tercinta yang sepi. Toh, masih banyak hiburan berkualitas dalam kampus, berupa pertunjukan seni dan berbagai seminar formal, yang juga merupakan media untuk menyampaikan kegelisahan. Yang pasti, mahasiswa, seperti saya, adalah masyarakat yang berkesempatan untuk menjadi intelektual yang bertindak secara independen. Pun ada kepentingan, itu hanyalah cara untuk mencari eksistensi yang alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar