Alkisah, hiduplah dua anak laki laki dengan latar belakang
yang berbeda. Aji adalah seorang anak berperawakan kecil, tengil, memiliki ayah
seorang penjaga perdamaian dunia yang sering diutus PBB ke zona konflik, serta hidup sederhana. Sementara
Anto adalah seorang yang berperawakan besar, mirip penjaga sekolahnya Harry Potter,
berkacamata agar terlihat pintar, overweight dan biasa saja. Mereka berdua
bertemu ketika menimba ilmu di Institut Ilmu Santet dan Ilmu Pelet. Sebuah tempat
yang menolak keras tentang modernitas. Bahkan jarang sekali kita temui televisi
di dalamnya.
Pada medio 2012, saat selesai mengikuti kelas komunikasi dua
alam, Aji mebuka obrolan ringan dengan Anto seputar sepakbola. Saat itu memang
tengah digelar event Piala Eropa 2012 yang di gelar di Polandia dan Ukraina. “Nto,
gimana kalo kita taruhan tim yang melangkah lebih jauh di Euro kali ini, gua
dukung Inggris nih, gimana? Elu mau gak?” Ujar Aji sambil berapi-api. Gaya bicaranya
yang bariton mengingatkan kita kepada sosok revolusioner macam Guevara atau De La Rocha di
balik mikrofon RATM. Anto pun membalasnya
ajakan Aji, “Yaudah boleh coy. Gua pegang Jerman deh, taruhannya apa nih? Rokok
aje yeh,” tutup Anto. “Oke rokok satu setengah selop yak,” tutup Aji. “Sip deal.”
Mereka berdua berjabat tangan. Mencapai kesepakatan. Kesepakatan perjudian yang
sesungguhnya dilarang oleh agama manapun. Saat mereka bersalaman, terdengar sayup-sayup
musik dari radio tua di antara mereka. Kira-kira seperti ini bunyinya, “judiiiiiiii..........teeet.”
Ya, itu adalah sebuah lagu legendaris
dari Bang Haji Lazio Sejalan yang terkenal itu. Permainan gitar Bang Haji
seakan membuat kita harus membandingkannya dengan Richie Blackmore.
Kick Off piala Eropa 2012 telah dimulai. Inggris dan Jerman
dengan mudahnya mengkandaskan lawan lawannya di fase grup. Anto dan Aji cukup
puas dengan penampian kedua tim yang di dukungnya. Sampailah kedua tim tersebut
di fase gugur. Dimana yang kalah harus pulang ke negaranya. Saat itu di babak 8
besar Inggris bertemu dengan Italia dan Jernan berhadapan dengan Yunani.
Inggris harus mengakui kehebatan para pembuat pipa dan pizza melalui adu
pinalti. Tim tiga singa harus puas kembali ke Britania dengan kepala tertunduk.
Seperti habis kena labrak senior. Sementara Jerman tampil perkasa dan
mengandaskan tim dewa dewa, Yunani, degan skor 4-2 . secara otomatis, Anto
menang taruhan atas Aji. Secara hukum dan deal perjudian, ia berhak menerima
hasil dari perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Sehari setelah match tersebut, Anto menagih haknya kepada
Aji, “Oy-oy, mana nih rokoknya? Ude kalah noh Inggris.” Pinta Anto kepada Aji
yang masih terlihat shock atas kegagalan
Inggris. Matanya terlihat merah, munkinkah ia menangis meratap kegagalan Steven
Gerrad dan kawan-kawan? Ataukah ia terlarut bersama lagu Stop Crying your Heart
Out milik Oasis yang khusus diciptakan demi mengenang kegagalan St George Cross
di Piala Eropa 2004? Setelah beberapa lama, Aji akhirnya buka suara,” Gini to,”
ujar Aji sambil menghumuskan asap tebal dari rokok kretekya. “Gua
bakal bayar rokok elu tapi mungkin bulan-bulan depan lah. gua ga ada
pemasukan nih. Yaa karena bulan depan udah libur kuliah. Paling awal semester baru deh gua
bayar.” Terang Aji. “Yaudah oke, tapi lu bayar kan, jangan ampe ngga
ye.” Tukas Anto “Iye selaw lah.” Merekapun kembali memasuki kelasnya masing
masig. Anto masuk ke kelas Pendapat Dukun. Sementara Aji masuk ke kelas
Propaganda Perpeletan.
Awal semesterpun tiba.
Anto kembali menagih janjinya kepada Aji, “Ude awal semester nih, mane
Janji elu? Tukas Anto dengan nada sedikit sewot. “tenang aje lu, bulan
depan pasti gue bayar.” Merekapun berlalu. Bulan depan yang di janjikan
tiba. Aji masih juga belum membayar hak Anto. Pernyataan Aji masih sama seperti
bulan kemarin. Sama saja. Aji tak memiliki itikad untuk membayarnya. Pahitnya lagi,
Anto tak memiliki jaminan apapun dari Aji, ia hanya memegang janji Aji saja. Janji
yang entah kapan akan di realisasikannya.
“Sesungguhnya, apabila
seseorang terlilit utang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji
ia akan pungkiri.” (HR. Bukhari, Muslim)
Anto kini menjadi gundah. Ia bingung atas sikap rekannya
itu. Disatu sisi, Aji sendiri yang berjanji akan melunasi hutang-piutangnya. Disisi
lain, Aji sendiri yang meningkarinya. “Ada yak orang model gini....” Gumamnya
dalam hati.”
Waktu berlalu begitu cepat, malam terlalu banyak bertukar
warna, angin terlalu sepoy menyapa dedaunan rimbun, matahari terlau pagi untuk
menyinari..... Aji masih belum membayar hutangnya !!!
Akhirnya sebuah keputusan diambil Anto. Suatu malam ia
mengirim sms kepada Aji, kira-kira beginilah isinya, “Oy... lu kapan nih bayar
utang, lama bener deh. Ude berape bulan nih? Gue tunggu ampe bulan depan ye pembayarannye. Gimane sih ah?”
Namun, tak ada balasan dari Aji. Tak ada sama sekali, kosong melompong. Seperti
hati yang ditiggalkan orang tersayang.
“Barangsiapa memberi
tempo waktu kepada orang yang berutang yang mengalami kesulitan membayar utang,
maka ia mendapatkan sedekah pada setiap hari sebelum tiba waktu pembayaran.
Jika waktu pembayaran telah tiba kemudian ia memberi tempo lagi setelah itu
kepadanya, maka ia mendapat sedekah pada setiap hari semisalnya.” (HR. Ibnu
Majah, Ahmad, al-Hakim)
Tenggat waktu yang diberikan Anto kepada Aji tak digubris
sama sekali oleh revolusioner kecil itu. Aji tetap cuek kepada Anto. Seakan tak
terjadi apa-apa. Prinsipnya sangat cuek. Itu mungkin bagus. Namun tidak untuk
keadaan saat ini. Keadaan yang seharusnya membuatnya berfikir keras. Namun apalah
daya, Anto adalah pria sabar dan teraniaya.
Namun apapun yang terjadi, mereka tetap menjalin pertemanan
dengan baik. Walaupun Aji memang benar-benar tak memiliki itikad baik untuk menyelesaikan
masalah piutangnya. Mereka masih tetap berteman dan bertegur sapa satu sama
lain. Janji tinggalah janji. Perkataan seseorang belum tentu bisa dipegang
kebenaranya. Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Namun Aji sengaja untuk
bersikap salah dan lupa. Banyak orang berspekulasi, Aji sebenarnya bukan orang.
Beberapa teman kerap melihatnya berdiam diri, terkadang Aji kerap terlihat
sedang mengajak bicara benda mati, seperti batu, gelas kopi, bungkus teh. Bahkan
pernah suatu waktu seorang teman tengah mempregokinya berbicara dengan ikan di
kolam dekat kampus. Ah semoga saja Aji tidak menjadi gila karena hutangnya
kepada Anto.
Setelah kejadian itu, Anto tak lagi ingin berjudi bersama
Aji. Dengan yang lainnya masih, walaupun intensitasnya kecil. Ia terkadang
masih mengalami trauma yang mendalam karena sikap Aji tersebut. Beberapa waktu
yang lalu, ia iseng membuka buku yang berisikan banyak hadist. Ia menemukan
hadist yang menggambarkan sebuah keadaan, keadaan yang mungkin pilu untuk
dirasakan. Menurutnya, hadist ini cocok untuk menggambarkan keadaan Aji.
“Orang yang mati
syahid diampuni seluruh dosanya, kecuali utang.” (HR. Muslim)