Laman

Minggu, 29 September 2013

Korupsi

Bagai dua sisi mata uang
Satu sisi menyenangkan
Di sisi lain, menyengsarakan

Korupsi
Mati satu, tumbuh seribu
Ditangkap satu, malah menyerbu

Marah

Pada langit yang tak berujung, jatuh deras mimpi-mimpi yang kita junjung. Mimpi-mimpi yang membuat tubuh ini hidup, sekaligus mati, terjebak dalam bermacam fantasi. Inikah masa depan? Masa depan yang kita bayangkan dan kelak kita perjuangkan?

Bilamana kita sibuk dan terlupa untuk sekadar mabuk dan bercinta, mereka bilang inilah takdir. Pembangkangan adalah hal bodoh yang tersusun rapi di aturan-aturan kebudayaan. Tetapi selalu saja diri kita ingin berak dan pipis di celana, tanpa perlu berjalan menuju kamar mandi.

Lalu bagaimana kita menjalani hidup semestinya berarti menghayati hidup yang jauh di luar diri kita. Kemudian seseorang menyangkalnya. Seorang lagi ikut serta. Terus begitu, seorang demi seorang, sampai kita terbentuk untuk percaya pada jumlah. Dan keikut sertaan adalah partisipasi menjalankan apa yang disebut kebenaran.

Kemarahan yang terpendam tak pernah terungkapkan. Tapi ia menguntit kita, diam-diam mengikuti kita, seperti bayangan tubuh kita. Maka temukan dan raihlah.

Monyet yang Lebih Pintar dari Manusia

Monyet yang menginspirasi penulis

Di sebuah hutan yang sangat jauh dari pusat keramaian, bahkan tak terjamah oleh tangan manusia, ada sekelompok monyet yang sedang berbincang tentang manusia. Mereka sedang membicarakan kemampuan manusia yang konon katanya sangat hebat dan melebihi kecerdasan dari kawanan monyet yang hidup di hutan belantara. Salah satu pemimpin mereka terlhat kurang setuju bila kawanan mereka yang teramat cerdas dibandingkan dengan level kecerdasan manusia yang tak seberapa.

“Manusia lebih cerdas dari kita? Mereka hanya memakai insting untuk hidup, tak seperti kita yang senantiasa menggunakan akal untuk bertindak!” seperti Iblis yang tidak mau menyembah Adam, ujar pemimpin monyet itu.

Monyet-monyet yang lain pun hanya bertatap mata, saling memandang satu sama lain seakan tidak mengerti akan perbincangan yang sedang mereka bicarakan. Mereka belum pernah melihat manusia secara langsung, hanya dari kabar burung mereka mengetahui sosok manusia. Begitu sebaliknya, kabar tentang monyet yang lebih hebat dari manusia hanya ada dalam kata.

Ternyata, ada  monyet yang lebih hebat dari manusia.